Kamis, 26 Maret 2015

Lee Kuan Yew



1. “Erie, what do you thing if becomes your leader?” Tanya Prof. Limlingan, salah satu dosen favorit di AIM Philipina


2. “Why not, Sir?” ucap saya spontan. Suasana kelas di Asian Institute of Manegement di tahun 1997 itu bergemuruh |

3. “Great”, teriak beberapa student. Sambil yang lain mengepal tangan dan mengacung jempol. “Yessss” seru mereka bertalu-talu |

4. Usai kelas saya diadili beberapa teman, khusus dari yang berlatar government. Jawaban itu agaknya membuat risih sebagian dari kami


5. Saya katakan: “Renungkan. Mengapa Professor bertanya begitu, pasti ada sesuatu tentang Indonesia?”

6. Dan benar saja. Di tahun 1997, ASEAN dilabrak Krismon. Yang lain pulih. Kita tidak. Entah. Apakah Prof Limlingan paham tanda-tanda zaman


7. Andai Lee digaji Rp 10 miliar/bulan. Setahun Rp 120 miliar. Asal Indonesia bisa melejit berkali lipat dibanding Singapura, kenapa tidak?


8. Gaji segitu barangkali masih di bawah penghasilan Ronaldo, Messi, atau Jose Morinho. Padahal yang ini cuma urusan sepak-menyepak bola


9. Lulus FH Cambride Uni, jadi bekal luar biasa bagi Lee muda. Interaksi di Inggris, juga tak ternilai harganya 


10. Sebab pikiran-pikirannya untuk majukan Singapura makin matang saat kuliah di Inggris. Usai kuliah Lee dirikan Partai Aksi Rakyat, 1954

11. Karir politik ini bukan sekadar ikut-ikutan latah. Sebab di Indonesia sudah lahir beragam partai sejak Merdeka tahun 1945 |

12. Melalui partai yang dibangun merancang masa depan bangsanya. Saat menang Pemilu 1959, Ia jadi perdana menteri, usia 36 tahun

13. Dalam buku From Third World to First, Lee uraikan sukar-sukarnya bawa Singapura. Misal, mengubah kebiasan warga yang meludah dimana-mana

14. Tak mudah yakinkan rakyat agar bangkit percaya diri. Dari kampung kumuh jadi kota modern gemerlap sebagai salah satu pusat bisnis dunia

15. Dengan sub judul: “Indonesia – From Foe to Friend”, di buku itu awalnya tempatkan Indonesia sebagai musuh. Lugas, tak gentar

16. Berbeda dengan Malaysia yang juga disub-judulkan: “Ups and down with Malaysia”. Malaysia bukan musuh. Mitra dari awal hingga kini

17. juga menulis buku lain. Tapi tak ayal, buku From Third World to First adalah karya terbaik dan terbesar |

18. Ada sekitar 25 testimoni pembesar dunia pada buku itu. Semua memuji bagaimana mendedikasikan hidupnya untuk Singapura

19. Di antaranya Koffi Anan, Rupert Murdoch, George Bush, Margareth Thatcher, Jacques Chirac, Helmut Kohl, Tony Blair dan Henry Kissinger

20. Dari Asia : Keichi Miyazawa (Jepang), Kim Dae jung (Korsel), Prem Tinsulanonda, Chuan Leekpai (Thai), Tun Daim Zainuddin (Malaysia)

21. Tak satupun testimoni dari Indonesia. Why? Indonesia memang negeri terbesar di Asteng. Cuma bagi , mungkin “gede-gede bo’ong”

22. Dinna Wisnu menulis: “ sosok yang kontroversi juga. Sebab sistem yang dibangunnya mampu mengontrol rumah tangga warga”

23. Dengan keyakinan “terserah apa kata orang”, jalankan Operation Cold Store tahun 1963. Dia tangkapi 100-an aktivis kiri

24. “Bila sayap kiri menang, kita tahu apa yang akan terjadi. Bila kita menang, mereka hidup tenang dengan roti dan telur di penjara” (LKY)

25. Pers dibungkam. Lahan-lahan disita demi pembangunan. Buat pengadilan keluarga. Agar ortu bisa tuntut anak yang telantarkan diri mereka

26. Kehidupan di Singapura sangat teratur dan serba terdaftar. Tak ada data pribadi termasuk harta pribadi yang tak terdeteksi |

27. Hanya dengan rumor semata, korupsi bisa dikejar hingga kemanapun. Tak ada ampun bagi koruptor di negeri Merlion ini |

28. Fasilitas publik dibuat sebaik-baiknya dan bersih tertata, standar mutu tinggi. Tak ada keraguan siapapun untuk bisnis dengan Singapura

29. Singapura negara modern. Tapi Lee tak risih dan tak takut didemo atau disindir negeri lain karena tempatkan anak pertamanya jadi PM

30. 31 tahun jadi PM. Lalu Menteri Senior ketika PM diserahkan pada Goh Chok Tong |

31. 14 tahun kemudian jabatan PM diserahkan pada Lee Hsien Loong. Anak pertama ini biasa dipanggil BG Lee. (BG singkatan Brigadir General)

32. Di era ini, tetap punya pengaruh kuat. Dari jabatan Menteri Senior berubah menjadi Menteri Mentor |

33. Ho Ching, isteri BG Lee didudukkan sebagai puncuk pimpinan Temasek, super holding BUMN Singapura. Wajar muncul isu-isu miring

34. Tapi Ho Ching menjawab sindiran itu: “Saya tak peduli pada apa yang dikatakan orang tentang diri saya sebagai menantu Lee Kuan Yew”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar