Selalu ada kegaduhan menjelang pergantian 'kekuasaan' di mana saja. Baik dari skala yang kecil hingga yang besar.
Saat pergantian RT saja ada kegaduhan soal gender atau karena tak ada yang mau.
Lalu bupati, semua mendaftar merasa mampu. Dengan beragam niat tentu saja.
Walikota, Gubernur hingga presiden.
Para kandidat memoles diri untuk raih simpati.
Bertutur manis menebar seribu janji
Lalu berkeliling menyapa rakyat tiada henti
Tawarkan dagangan bernama program
Yang tersusun rapi bak alphabet beriring
Sang penantangpun tak kalah lantang
Teriakkan semangat yang berbeda
Agar suara pemilih tak terlepas darinya
Amerika hari-hari ini begitu gaduh.
Bukan karena ke kepoannya pada negara lain seperti biasa. Tapi karena dua sosok kandidat presidennya. Clinton dan Trump.
Berbagai issue terlontar dari keduanya. Tentu untuk menarik perhatian rakyat disana.
Dari bahasa yang 'biasa' hingga 'luar biasa'.
Hillary Clinton, perempuan tangguh yang cerdas. Yang pernah tinggal di Gedung Putih bersama sang suami, Presiden Bill Clinton.
Sementara Donald Trump, pengusaha sukses yang kaya raya.
Hillary tentu paham bahasa politik,Donald paham bahasa bisnis.
Yang terjadi akhirnya, kegaduhan yang luar biasa.
Kebencian Trump pada Islam diungkap tanpa ragu. Bahkan pada warga negara Amerika yang sudah berkorban nyawa di Perang Irak dia tak ragu menghina kedua orang tuanya yang beragama Islam.
Terlihat sekali Islam phobia nya.
Hillary terlihat abu-abu tentang issue agama. Dia tahu bahwa pemilih Islam cukup menjanjikan di beberapa negara bagian.
Trump tak henti membuat pernyataan yang kontroversial. Siapapun dia hina, Hillary di tuduhnya sebagai pendiri ISIS, bahkan Presiden Obama di oloknya sebagai presiden paling buruk sepanjang sejarah Amerika.
Hmmm......
Bagi Muslim disana, memilih salah satu dari kedua kandidat itu sama beracunnya.
Trump yang jelas anti Islam dan Clinton yang 'abu-abu'. Mereka berharap ada kandidat ke-3 sebagai alternatif.
Amerika diambang kebingungan...
Hampir tiap hari mereka terus 'menimbang' kedua kandidat sembari terus mendengar segala umpatan Trump.
Buat aku, seorang pemimpin harus punya kontrol diri yang kuat dalam bersikap dan berbicara. Itu tak ada dalam diri Trump.
Arogannya luar biasa.
Hillary Clinton, bukan perempuan biasa. Dia tahu persis apa yang dia mau.
Jika cuma dua,dan aku warga di sana, kemungkinan besar aku pilih dia.
5 Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar