Menjadi kenikmatan tersendiri mendengarkan celotehan Ragil sepulang les atau sekolah...hingga ketika dia pulang dengan wajah'semrawut' dan tak berkicau, menjadi suatu keanehan.
Tapi sebagai Ibu, aku suka mendahuluinya bertanya.
" Is everything OK, Dik ?"
" Fine ", datar.
" Kalau fine, kenapa wajahnya kusut gitu Dik ? "
Ragil melepas sepatunya, seragamnya dan ke kamar mandi mencuci tangan dan kakinya sambil berganti baju.
Tak lama kemudian...
" Bunda tahu, temanku yg mulutnya tajam diberi peringatan, karena sudah banyak yang mengadukannya pada wali kelas .."
" Adik termasuk yang ngadu ga? "
" Kan ga boleh sama Bunda "
" Good.. adik tahu kenapa Bunda larang ngadukan dia? "
Ragilku cuma menggeleng .
" Adik pernah tahu apa yang dia alami dirumah ?"
" Ngapain aku kerumahnya, Bunda ?"
" Nah, berarti adik ga tahu kan? Kita harusnya kasihan pada dia, karena dia mungkin saja kurang diperhatikan di rumah hingga mencari perhatian di sekolah dengan cara seperti itu "
" Berarti dia stress dong, Bun ?"
" Bisa saja. Tapi apapun itu, lebih baik kita diam dan tidak ikut-ikutan mengadukan dia "
" Stress kok bertahun-tahun,Bun ? ", Ragilku masih belum terima rupanya.
" Apa adik merasa yakin bahwa yang suka mengadu itu atau adik lebih baik dari dia ?".
Ragilku diam mencoba mencerna kata-kataku.
" Dik, jika kau merasa lebih baik atau mau di sebut bahwa kamu lebih baik dari A atau B, jangan bandingkan dirimu dengan orang yang lebih buruk darimu. Tapi bandingkan dirimu dengan orang yang lebih baik dari kamu."
Ragil serius menatapku.
" Jadi maksud Bunda kalau mau dianggap lebih pintar harus membandingkan dengan teman yang lebih pintar dari kita ? ", Ragil akhirnya bicara.
" Yaaa. kira-kira seperti itu. sekarang ngerti maksud Bunda ? "
" Ya, Bunda...ngerti aku sekarang "
#Alhamdulillah4everything#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar