☑ Anda semua pasti masih ingat, salah satu jargon kampanye yg digembar-gemborkan Jokowi adalah "koalisi tanpa syarat, tidak ada bagi2 kursi".
☑ Jargon kampanye itu telah mampu "menyihir" sebagian calon pemilih, termasuk kalangan pemilih kritis. Dan hasilnya cukup efektif.
☑ Mengapa efektif? Karena jargon itu seakan menjadi 'antitesa' dari anggapan publik selama ini thd mereka yg berjuang merebut kekuasaan.
☑ Dalam benak publik selama ini sudah terlanjur tertanam anggapan bahwa mereka yg berjuang memperoleh kekuasaan apalagi di ajang pilpres...
☑...tak akan mungkin bisa steril dari yg namanya politik balas jasa melalui bagi2 kursi/jabatan. Dan sejarah sdh membuktikan hal itu.
☑ Karenanya menjadi wajar ketika sebagian publik begitu terpukau dg jargon itu dan dgn ekspektasi tinggi menjatuhkan pilihannya pd Jokowi.
☑ Kita juga tentu masih ingat dgn serangan Timses JKW dan media2 pendukungnya kpd Prabowo yg dituduh telah membuat 'perjanjian bagi2 kursi'.
☑ Jargon "Koalisi Tanpa Syarat, Tidak Bagi2 Kursi" yg terus didengung2kan ditambah serangan ke Prabowo itu telah 'membius' sebagian pemilih.
☑ Dan ketika akhirnya JKW memenangi Pilpres 2014 kemarin bisa dikatakan bahwa andil jargon itu cukup signifikan dlm mendongkrak suaranya JKW.
☑ Ekspektasi publik khususnya yg memilih JKW begitu besar agar jargon 'tidak bagi2 kursi' itu benar2 dibuktikan JKW ketika sdh terpilih.
☑ Bila JKW konsisten dgn jargon kampanyenya itu, publik pemilihnya berharap pemerintahan yg terbentuk akan betul2 bs bekerja scr profesional.
☑ Publik berharap tinggi, bahwa mereka2 yg terpilih masuk ke pemerintahan adalah yg terbaik di bidangnya masing2, bkn krn semata2 'berjasa'.
☑ Lalu ketika JKW benar2 terpilih menjadi presiden, apa yg kita saksikan dalam kurun waktu krng dr 3 bulan ini? Anda pasti sdh bs menjawabnya!
☑ Ternyata spt yg sudah kita duga sebelumnya, apa yg digembar-gemborkan JKW dan Timsesnya saat kampanye lalu itu jauh panggang dari api.
☑ Apa yg kita saksikan dlm 3 bulan pertama pemerintahan rezim ini menegaskan bahwa jargon 'tdk ada bagi2 kursi' itu hanyalah janji palsu.
☑ Satu persatu orang yg dianggap berjasa kpd JKW telah mendapat 'jatah', baik mereka yg mmg dr partai atau yg berbaju pengamat, peneliti, dsb.
☑ Dalam politik, sesungguhnya praktik "balas budi" adalah sesuatu yg lumrah terjadi. Dan sebenarnya publik pun relatif bisa "memaklumi".
☑ Namun yg sama2 kita saksikan dlm 3 bulan terakhir ini benar2 sebuah drama unjuk kebohongan yg terlalu kasat mata, terlalu menyolok.
☑ Seandainya pun Prabowo yg terpilih, saya yakin beliau juga tidak bisa sepenuhnya lepas dari 'politik balas budi' tsb dan itu wajar.
☑ Namun yg membedakan, Pak @Prabowo08 tdk pernah mengumbar jargon dan janji bahwa bila menang gak akan bagi2 kursi. Krn beliau sadar realita.
☑ Jadi apa yg ditunjukkan JKW dgn jargon & janji 'Koalisi Tanpa Syarat, Tdk Ada Bagi2 Kursi' hanyalah sebuah kemunafikan yg sungguh memuakkan.
☑ Namun anehnya, meski melihat bukti kemunafikan dgn jargon dan janji itu, sebagian pendukung & fans JKW tetap mendewa2kan junjungannya itu.
☑ Mungkin itulah bukti kebenaran sebuah ungkapan "cinta bisa mematikan nalar", demikian pula cinta mereka ke junjungannya itu.
☑ Untuk menyegarkan ingatan kita, mari kita cermati sebagian mereka2 yg tlh mendapat "jatah" atas andil memenangkan JKW dlm pilpres lalu.
☑ Cukup banyak nama orang2 dgn berbagai latar belakang yg dianggap berjasa memenangkan JKW telah mendapatkan 'jatah'nya.
☑ Posisi2 yg diberikan sbg 'balas budi' itu mulai dari kursi menteri serta jabatan2 dlm struktur Kementerian/Lembaga (tmsk TNI/POLRI) dan BUMN
☑ Sebagian dari jabatan yg dibagi2 oleh JKW itu merupakan jabatan lama, namun ada pula yang baru dibentuk (nomenklatur jabatan baru).
☑ Dari jajaran menteri, hampir setengah dari jml menteri dlm Kabinet JKW berasal dari parpol pendukung (PDIP, PKB, Nasdem, Hanura).
☑ Nama2 yg cukup menonjol & menempati posisi strategis antara lain: Tedjo Edy (Menkopolhukam), Yasonna Laoly (Menkumham), Yuddy C (MenPAN-RB)
☑ Kemudian Tjahjo Kumolo (Mendagri), Rini Soemarno (Menteri BUMN), Khofifah (Mensos), dan beberapa nama lainnya.
☑ Sementara menteri2 yg dikatakan berasal dr kalangan "profesional" pun kalau kita cermati sebagian juga selama ini dikenal pro JKW.
☑ Misalnya Andrinof Chaniago (Menteri PPN/Kepala Bappenas) yg selama ini dikenal sbg "pengamat" sebenarnya sejak lama terlihat sikap proJo-nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar