🔸Sufi bukanlah Personal tanpa Ilmu apalagi hanya bermodal Libido Semu. Sufi itu Pelukis, Penari dan Penyanyi tentang Keagungan AyatNya
🔸Sufi itu Bercinta dengan KeagunganNya. Bukan Bercinta kepada CiptaanNya. Sufi itu Hanya membaca Kode, dan tak pernah Memaksa memberi Kode
🔸Sufi itu tak hanya Bermodalkan Gaya Urakan dan Wajah Jenggotan. Sufi tak harus Ngetwit dan memaksakan diri diakui sebagai sufi
🔸Sufi tak harus pura pura Hidup Sederhana, ketika mendekati mangsa dengan tujuan Memperoleh Perhatian dan sebuah Pelukan
🔸Sufi tak Perlu Membuat buku apalagi Membuat Lagu. Cukuplah menjadikan Ibadah sebagai Kata Awal dan Akhir. Dan Kecukupan Diantara pertengahan
🔸Sufi tak Pernah Merindu Elok Sang Makhluk. Sufi hanya Berdendang Rindu untuk Sang Maha Satu. Bergerak.. Berkhidmat dan kemudian Menyatu
🔸Sufi tak Harus menikmati Konflik antara Yang Lagi Belajar beribadah dengan yang tak beribadah. Sebab Ibadah Sufi adalah Gerakan hati
🔸Sufi tak Pernah Mendaulat diri. Ia bahkan kerap menepi. Mencipta Sepi dalam Ramai, dan Meramai didalam Sepi
🔸Sufi tak Perlu Memaksakan Keyakinan dan Kesadaran Seseorang tentang KeSufiannya. Ia bahkan cenderung Diam dan Tersenyum Diantara nya
🔸Sufi itu Berkarya dalam Gerakan, bukan Bergerak dalam Urakan. Sufi Kerap Menangis Diantara Penantian dan Tersenyum dalam Cobaan
🔸Sufi itu Memaknai Pencipta dahulu baru Ciptaan. Bukan Memaksa Ciptaan untuk Mengenal Pencipta
🔸Sufi itu Tak Menjadikan Senggama atas Ciptaan adalah tujuan. Cukup menjadikan Senggama adalah Jalan dengan Kaidah kehalalan
🔸Sufi itu Menyatu dan tak Pernah membuat Suatu yang Ragu.
🔸Sufi itu Memaknai Pagi dan Petang sebagai Sebuah Ciptaan, bukan menjadikannya Umpanan untuk Mengundang sang Biduan
🔸Pelajarilah Sejarah Hidup Rabi'atul Adawiyyah dan Ali Zainal Abidin. Jadikan Sejarah Mereka 'Jurisprudensi'.
🔸Sejarah Kesufian Rabiatul & Ali Zainal sebagai Sufi asli jangan dilupakan, agar menjadi pakem abadi ketika lahir Manusia yang mendadak Sufi
🔸Sufi bukanlah Bid'ah Dholalah maupun Hasanah. Ia adalah Prilaku Indah tanpa 'Wadah' untuk Mengenal Sang Allah
🔸Sufi tak Memiliki Sebuah Arkan (Rukun). Sebab Sufi mengalir Diantara desiran Kekhidmatan atas Allah sebagai Pencipta dari Ciptaan
🔸Sufi tak harus Berada di Sawah.. Sufi tak harus Terdiri dari Para Lanang. Sufi itu Lintas Tempat dan Lintas Jenis Kemaluan
🔸Sufi tak Hanya Berucap, sufi lebih banyak Berbuat dalam Senyap.
🔸Sufi adalah Terang dalam Gelap. Bukan Gelap dalam Terang. Sufi itu tak harus diskusi Setengah kamar. Ia lintas Tempat dan Suasana
🔸Sufi itu tak pintar Merayu apalagi memancing Bercumbu. Sufi Lebih banyak Merindu meski Cinta terhadap Ciptaan berujung Membatu
🔸Sebab Sufi memaknai diri Hanya sebatas 'Barang' ciptaan. Maka Sufi sejati (Ori) kerap beriringan dengan Sufi yang tak Asli (KW)
🔸Sufi ORI tak pernah memusuhi Sufi KW. Meskipun Sufi KW kerap menyudutkan Sufi ORI. Karena Neraca Keaslian hanyalah Milik Allah
🔸Sebab Sufi ORI Meyakini sepenuh hati tentang Kebenaran Ayat dalam Surat Cinta Sang Pencipta : "alaisallahu biahkamil hakimii
🔸Sufi tak Mewajibkan yang Sunnah dan Men-Sunnahkan yang Wajib. Sufi Mengakui dan Menjalani Kadar dengan Profesional dan Proporsional
🔸Sufi ORI hanya tersenyum melihat banyaknya Ciptaan yang terobsesi Menjadi Sufi. Melihat itu.. Sufi ORI tak pernah Sakit hati.
🔸Yakinlah.. Akan tiba masa nya Sufi menjadi Trendsetter. Sebab Kemapanan Finansial bukanlah Kunci sejati untuk Mulia dihadapan Ilahi Rabbi
🔸Kemapanan Finansial Semata tak akan Mampu membeli Kemapanan Hati apalagi Posisi Mulia disamping Ilahi Rabbi.
🔸Terkecuali Kemapanan Finansial bergandengan dengan KematanganNya. Matang dalam Memaknai dan Menyalurkannya sepenuh hati
🔸Sufi tak Mengejar Orientasi Merek. Sufi hanya memaknai Konsep dan tiap Sentuhan dalam proses adalah Jalan Mencintai sang Pembolak balik hati
🔸Sufi kerap Melakukan 'Diet' Ucapan. Sebab Sufi kerap takut Ucapan hanya mampu menjadi ucapan tanpa Kekuatan. Sufi itu 'Gendut' di tindakan
🔸Sufi Memaknai Lautan sebagai Dominasi dari Daratan, Selayak Daratan yang terkooptasi oleh Luasnya Langit angkasa
🔸Bertaburannya Bintang dimaknai sebagai Hiasan, yang Membuat Dunia semakin Eksis Menjadi Dunia.
🔸7 Samudera, 7 Benua & 7 Lapis Langit hanya Pembenaran tentang 7 Ayat ayat Cinta yang kerap Berulang
🔸Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang -ulang dan Al Quran yang agung. " (Al-Hijr : 87)
🔸Sufi tak Memaknai 7 hanya sekedar Suratan, tetapi Ia lebih Menyelami Makna 7 dalam Siratan dalam Setiap hari yang berjumlah 7
🔸Sufi Menyelami lebih dalam Hakikat 7 dalam Sa'i antara Shafa dan Marwa
🔸Seperti Memaknai 7 Anggota Badan yang diperintahkan Rasulullah Bersujud ketika Shalat
🔸Bersujud adalah Merendah.. Merendahkan diri dari Segala Keagungan Semu yang dimiliki dan terpatri dalam Laku dan hati
🔸Sebab jika tidak, Maka Sufi kerap Menangis ketika Mengingat Jumlah Pintu Neraka yang 7 Buah, yang disebut dalam Al Qur'an sebanyak 77 Kali
🔸Sufi Memaknai Langit Ke7 bukanlah Hitungan lapisan Keatas, tetapi 7 Lapisan dari CiptaanNya sampai kepada lapisan terakhir bernama Qalbu
🔸Oleh Karena itu, ketika Lapisan ke7 dalam 'Langit Ciptaan' yang bernama Qalbu itu terganggu maka Niscaya Prilaku Blangsakan kian Sempurna
🔸Tak ada yang perlu dimaafkan. Silahkan tak sepakat. Memaksa sepakat adalah Kedzaliman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar