1. Kemunduran kita di Asian Games, ingatkan kekalahan kita waktu krisis moneter melabrak Asia Tenggara | #Kepemilikan
2. Kalah di olah raga, meski sakit tapi harga diri mesti tetap diusung. Kalah di ekonomi, #Kepemilikan terbang. Kedaulatan bangsa terpuruk
3. Usai Krismon '98, #Kepemilikan aset negeri ini terbang kemana-mana. Malaysia menolak, sedang kita terima IMF sbg konsultan tanpa reserved
4. Soeharto yg menggetarkan ASEAN, tunduk di depan petinggi IMF. Bayangkan pemimpin 200-an juta orang, takluk oleh direktur lembaga
5. Iman Sugema pernah menulis di Republika. Dosen IPB ini mengikuti pertemuan para ekonom dunia. Dia mengutip ucapan pejabat IMF:
6. “Ada bangsa yang seperti kerbau. Apapun yang kita katakan, mereka patuh 100%. Itulah bangsa Indonesia”. Iman tersinggung. Kita?
7. Ada. Siapa? Di antaranya Djokosantoso Moeljono. Saat Krismon ’98, beliau yang menjabat Dirut BRI pernah mengusir pejabat IMF
8. Sang petinggi IMF datang dan mendikte: “Sebaiknya BRI berubah. Daripada urusi rakyat di pelosok, jadilah bank yg konsen pada korporasi”
9. Djokosantoso yang tak mudah digertak, menghardik: “Saya ini bankir puluhan tahun. Anda ini siapa berani mendikte saya?” #Kepemilikan
10. Djokosantoso pun meninggalkan ruangan. Tinggal petinggi dan rombongan IMF clingak-clinguk karena nasihatnya ditolak mentah-mentah
11. Andai Djokosantoso Moeljono yg menjadi Gubernur BI atau Menteri Keuangan saat itu, apakah episode perbankan akan seperti ini? Entahlah
12. Tuan dan Puan, berapa banyak dari kita yang longoki sejarah? Kita ini mudah lupa. Sehingga sejarah dianggap masa lalu tanpa makna
13. Padahal dengan sejarah, kita jadi paham apa, mengapa, dan bagaimana. Itu penting tentukan posisi. How to step-nya jadi jelas
14. Maka entah pada waktu menggagas konsep kepemilikan, apa yang ada di benak pembuat kebijakan. Tersenyumkah mereka saat kini pensiun?
15. Tak berpikirkah para pemegang kebijakan. Masa kerja mereka cuma 5 tahun. Bisa juga 10 thn. Tapi hanya sedikit yg bisa lebih dari itu
16. Sedang perusahaan dimiliki perorangan. Sifatnya permanen hingga anak cucu. Hingga ketika aset negara beralih ke mereka, cilaka 12 bukan!
17. Anehnya ada juga sebagian orang yang tak persoalkan #Kepemilikan. Yang penting ekonomi hidup. Entah pula bgmana logika berpikirnya
18. Suara ini biasanya dari pebisnis. Lumrah jadinya. Tetapi yang jadi soal, mengapa pemegang kebijakan justru mengiyakan | #Kepemilikan
19. Jika pemegang kunci tak mempersoalkan #Kepemilikan, pertanyaannya: “Mengapa Indonesia dulu harus berjuang lepas dari penjajah?”
20. Entah “tak mau tahu” atau memang “tak paham” beda “investasi di” atau “investasi untuk” Indonesia | #Kepemilikan http://t.co/r3SVyz1Rlp
21. “Investasi di” Indonesia, jelas orang asing hanya berbisnis di tanah kita. Kira-kira berapa banyak labanya yang dibawa ke negerinya?
22. Jika ini tak mafhum, lantas apa yg dipelajari waktu ambil doctor ekonomi luar negeri? Belajar boleh kemanapun. Tapi ingat negeri sendiri
23. Di zaman Soekarno, pedagang yang menumpuk barang saat paceklik, itu sudah dianggap pengkhianat negeri | #Kepemilikan #CharacterBuilding
24. Eh sekarang yg menjual aset bangsa, yg menggagas kepemilikan bebas, malah dianggap pahlawan. “Lha apa manfaatnya bagi bangsa ini?”
25. Jawabnya selalu: “Ini kan ivestasi. Lihat ekonomi hidup dimana-mana. Ini konsekuensi kita sudah bagian dari masyarakat dunia”
26. Pendukung rezim #Kepemilikan bebas, apakah punya bisnis yg bisa mengakuisisi aset di negeri asing. Jika tidak, sebaiknya stop bicara
27. Inilah tuan rumah yang ramah, sopan, dan tak tersinggung ketika tamu-tamu menguasai aset di rumahnya. Cara pandang yang kebablasan
28. Maka ada 2 sisi. Kita ini tuan rumah yang baik, atau, mohon maaf “keblinger”. Atau memang tamu yang begitu amat mempesona
29. Khilaf bisa dimaafkan. Tapi kerugiannya tetap besar. Kepentingan tak bisa dimaafkan. Sebab akibat kepentingan, negeri ini remuk betulan
30. Tamu wajib dihormati. Tapi ingat kita pun punya hak dan wajib mengelola asset sendiri. Sebab ini menentukan hidup mati negeri kita
31. Ketika aset dikuasai tamu, bukankah nasib tuan rumah kini ada di tangan tamu. Jika bukan, tolong jelaskan duduk perkara sesungguhnya!
32. Tamu juga punya hak, Pak! Betul. Tetapi menyerahkan semua hingga kita “kapiran”, bukankah kita gorok leher sendiri? #Kepemilikan
33. Dalam tajuk “Bangsa Kasihan”, Kahlil Gibran mengatakan: “Kasihan sebuah bangsa yg melihat penjajah sebagai anugerah” | #Kepemilikan
34. Hati-hati kawan! Di Indonesia penjahat bisa jadi pahlawan. Koruptor pun diciumi tangannya. Politisi kotor, dianggap pemecah kebuntuan
35. Sedang pebisnis kaya-raya, pengaruhnya melebihi pejabat negara. Siapa yg tak keder, saat digerojok uang berkarung-karung | #Kepemilikan
36. Ketika usai gempa Jogya 2006, saya bertanya siapa pemilik Hotel Gran Melia di Jogya, jawabnya menghenyak: “Tuan Tan dari Malaysia”
37. Ini dimiliki jauh sebelum MEA. Setelah MEA, bisa jadi Istana Bogor yang indah permai, tiba-tiba telah dimiliki orang asing. Hati-hati!
38. Orang asing di kita mudah sekali punya gedung, hotel, apartemen, tanah dan usaha di Indonesia. Bank saja bisa mereka miliki 99%
39. Inilah “Negeri Ketoprak Mataram” yang penuh sandiwara. Berubah #Kepemilikan cuma dianggap sekadar ganti peran saja. O la la ...
40. Hari ini langka orang yang mau berkorban untuk bangsa. Yang ada malah berebut jual aset negara. “Ada udang di balik batu?” Entahlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar