Jumat, 28 November 2014

Komunikasi dengan Anak bag.1. >> by Erie Sudewo

1. Jangan anggap sepele komunikasi. Komunikasi keluarga itu hal paling strategis guna pendidikan karakter anak-anak | #CharacterBuilding

2. Kita kupas “Teknik Dasar Bicara pada Anak” ala Nanny 911. Sesuatu yg kita abai sehari-hari, tapi ternyata maknanya dalam dan amat berarti

3. Ke-1 turunkan tubuh kita sejajar anak. Bisa duduk, jongkok, atau berlutut. Pilih mana yg kira-kira paling nyaman dan aman bagi tubuh anda

4. Jangan anggap sepele jongkok. Orang Eropa dan Amrik susah sekali jongkok. Kenapa? Karena bukan kultur mereka | #KomunikasiDenganAnak

5. Pernah lihat pemain basket NBA berjongkok? Dengan postur tinggi besar, begitu jongkok, mereka bisa terguling karena hilang keseimbangan

6. Why harus sejajar? Simak psikologisnya. Orang di atas, cenderung merasa lebih tinggi, leluasa, di atas angin, berkuasa dan bisa mengawasi

7. Sebaliknya orang bawah merasa di dasar, terpasung, tak leluasa, tak nyaman, ada dalam pengawasan | #KomunikasiDenganAnak

8. Ke-2 “tatap matanya” saat bicara. Jangan melotot tapi pancarkan rasa kasih sayang. Bila perlu pegang dagunya lembut, arahkan ke anda

9. Melotot itu lebih dekat pada emosi. Rasa marah itu terpancar dari sorot mata. Siapapun termasuk anak-anak, dapat merasakan hawa marahnya

10. Tatapan lembut itu bukan hanya tenangkan diri dan sejukkan jiwa lawan bicara, namun juga tentramkan hati ybs | #KomunikasiDenganAnak

11. Ke-3 “dengarkan”. Jadi pendengar yg baik itu bukan perkara gampang. Apalagi harus mendengar suara dari anak yg notabene anak sendiri

12. Sebagai orang tua, justru efek psikologis itu yg menyulitkan orang tua bisa jadi pendengar yang baik bagi anak-anaknya sendiri

13. Saat dialog yg harus diingat, mereka anak-anaj yg masih bersih, polos dan lugu. Maka tak ada anak bandel jika bukan karena orang tuanya

14. Ke-4 “hormati anak”. Anak punya perasaan dan privacy. Saat hal ini dijaga, mereka akan belajar menjaga perasaan dan privacy orang lain

15. Ketika anak dihormati, eksistensi mereka jadi terasa utuh. Ini merangsang proses pendewasaan dan tanggung jawab pada diri mereka

16. Soal privacy juga harus dijabarkan. Ada wilayah pribadi yang tak bisa diintervensi. Ada pula wilayah publik yg siapapun leluasa di situ

17. Ke-5 “jangan remehkan anak”. Meremehkan bisa jadikan anak tutup diri. Dampaknya bisa panjang. Rasa minder yang terus terbawa

18. Dengan meremehkan, anak tak lagi minat bicara, nyatakan pendapat/usul. Dialog dua arah terpangkas. Hubungan pun jadi tak sehat

19. Hati-hati pula ketika membandingkan antara anak satu dg lainnya. Yang mesti diingat, masing-masing anak punya kelebihan dan kekurangan

20. Ini bisa didiskusikan antara ortu dan anak. Atau dibahas secara terbuka. Yg paling penting arahkan anak utk mengenal potensi diri

21. Hindari cela kekurangan anak. Apalagi di depan saudaranya. Itu akan jadi bahan ejekan. Anak-anak mudah sekali mem-bullying saudaranya

22. Saat anak saling ejek, atasi segera. Jangan biarkan berlarut. Ibarat bangun tim sepak bola, tiap anak harus kompak saling memperkuat

23. Ke-6 “leluasakan anak agar bicaranya mengalir”. Jangan lupa anak ini punya perasaan juga. Mengabaikan hal ini bisa fatal akibatnya

24. Saat anak emosi, katakan: “Apa yg membuat kamu marah?” Pada anak yg lebih kecil, bisa diminta: “Coba ikuti ibu”. Perlahan dituntun

25. Ketika bisa utarakan alasan mengapa anak marah dg ikuti kata ibu, jelas itu kemajuan besar. Segera puji dia, dorong moril semangatnya

26. Anak kecil biasanya cuma merengek. Maka tetap saja ajak bicara meski belum bisa bicara. Ini latihan komunikasi | #KomunikasiDenganAnak

27. Komunikasi adalah bagian amat penting. Dan rengekan tak bisa jadi senjata. Saat kita ikuti rengekannya, komunikasi dikuasai perengek

28. Ke-7 “jika anak emosi, usap punggungnya”. Usapan dg kasih sayang, pasti terasa beda getarnya dg yg asal usap. Ini meredam emosi memuncak

29. Bila anak histeris, peluklah dia. Perlahan tenangkan dirinya. Minta dia ambil napas dg dicontohkan. Saat sudah tenang, mulailah bicara

30. Ke-8 “ubah nada suara sesuai sikon”. Waktu senang, nada suara tetap dikontrol. Tak perlu ekspresif banget. Serta minta anak tetap tenang

31. Waktu suasana emosional, nada suara musti tetap tenang, lembut tapi tegas. Saat anak mulai memukul, pegang dg lembut dan bawa menjauh

32. Rasulullah SAW berpesan: “Jangan tertawa hingga terbahak-bahak”. Apa makna di balik pesan itu? Pesannya: “kuasai diri”

33. Orang yang terbahak-bahak, cerminkan bbrp hal. Ke-1 senangnya buat dia tak kuasai diri. Happy bangeeet seolah dunia sudah digenggam

34. Cermin ke-2, terbahaknya memang cari perhatian. Dia tak sadar, bahwa dia orang yg tak peduli sekitarnya. Tak peka, tak pandai merasakan

35. Cermin ke-3 saat dapat musibah, orang ini cenderung juga tak bisa kuasai diri. Meledak-ledak, bisa fatal. Seolah dia yg paling menderita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar