Selasa, 25 November 2014

PRT bukan budak. >> by Erie Sudewo

1. Dalam keluarga, sosok PRT amat disepelekan. Saat ada, tak digubris eksistensinya. Bahkan salah sedikit, habis di-bullying majikan.

2. Perhatikan PRT itu bekerja utk bantu beresi urusan orang tua di rumah. Termasuk bantu keperluan anak. Juga semua pekerjaan rumah.

3. Lalu jangan lupa, karena bekerja bantu orang tua dan bukan pada anak2, tak boleh PRT habis dimaki/dimarahi oleh anak2 di rumah.

4. Ini harus diingatkan pada anak2. Untuk siapa dia bekerja. Tanpa penjelasan, maka anak2 di rumah telah dirusak ahlaknya.

5. Eksistensi PRT amat terlecehkan. Saat tak ada, keluarga, terutama ibu, blingsatan.Yg isteri bekerja, stressnya bisa tambah berkali lipat

6. Di positioning, PRT punya 2 sisi kontradiktif. Ke-1 perannya amat vital. Ke-2, anomalinya tetap ditempatkan sebagai “pelengkap penderita”

7. Perannya vitalnya tampak saat mudik Lebaran. Sebagian majikan pun pindah ke hotel. Mereka tak bisa lagi kerjakan pekerjaan Inem.

8. Atau mereka terpaksa bayar “PRT dadakan”. Apa boleh buat. Tarif antara Rp 100 – Rp 200 ribu musti disisihkan. Kali sekian hari

9. Lihat pekerjaan PRT. Remeh temeh & gawean yg tak mau disentuh tuan rumah. Spt bersihkan WC, sampah, selokan, bangkai tikus dll.

10. Padahal kotoran di WC dan sampah2, itu produk sendiri. Tapi keluarga tak mau urus. Berarti tanggung jawab juga telah dirusak sejak dini

11. Hitung punya hitung, pekerjaan PRT ternyata pekerjaan yg paling banyak &beragam di rumah. Teknis yg rutin, serta tidak pernah selesai

12. Dari belakang hingga depan. Dari lantai bawah hingga genting rumah. Bangun sebelum majikan bangun. Tidur setelah majikan tidur.

13. Dalam kerja bakti RT, dia pun jadi andalan. Bisa ganti majikan. Atau jika majikan ada, dia langsung ambil alih yg dikerjakan majikan.

14. Dengan peran vital, mengapa sosok PRT tetap disepelekan. Pesan bijak: “Apa yg kamu anggap hina, belum tentu hina di hadapan Allah”

15. Coba bandingkan. Mulya mana antara lengan kanan & kiri? Banyak orang bilang, lengan kanan lebih mulya. Alasannya?

16. Sebab lengan kanan lakukan hal2 positif. Lengan kiri sebaliknya. Bahkan kultur kita, memberi atau menerima dg lengan kiri, PENGHINAAN!

17. Perhatikan. Salah satu hasil dari kultur feodal kita, jarang sekali orang Indonesia yg kidal. Kultur kita tak izinkan peran lengan kidal

18. Tanpa sadar kultur feodal kita matikan orang kidal. Karena dianggap tak sopan, kita miskin akan keunikan & prestasi orang2 kidal.

19. Dan simak. Pernahkah lengan kiri protes pada saudara kanannya? Sejak lahir hingga jelang wafat, lengan kiri lakukan bersih2 yg kotor.

20. Karena sudah jadi job, lengan kiri komitmen, konsisten, &focus pada apa yg telah jadi tugasnya. JOB-nya jelas, tak ada penyimpangan.

21. Karena komit & konsisten ini, di hadapan Allah, apakah lengan kiri lebih hina drpd yg kanan? #CharacterBuilding

22. Justru karena tangani hal2 kotor yg tak pernah dilakukan lengan kanan, bisa jadi lengan kiri lebih mulya ketimbang lengan kanan.

23. Bagaimana rasanya bila anak di rumah mau bantu pekerjaan yg biasanya diselesaikan PRT? Keharuan, simpati, & kehormatan akan muncul.

24. Maka pada sebagian majikan, boleh2 saja anda hina. Tapi tanpa PRT, bisakah pakaian, mobil, sepatu, rumah dll bersih, teratur & rapih?

25. Sebagian majikan yg lebih sadar, sudah hargai PRT. Tak sedikit PRT disayang2. Bahkan diberi gaji lebih. Tapi toh PRT keluar juga.

26. Majikan tak sadar. Sebagian PRT kini telah berubah cara berpikirnya. Mereka sekarang bisa memilih pekerjaan.

27. Kerja di garment atau jadi buruh pabrik, kini lebih disukai oleh pemuda/pemudi desa. Ngapain jadi PRT yg dimaki2 majikan.

28. Dulu PRT hampir tak beda dengan budak. Jika menginap di majikan, kerja nyaris 24 jam. Bahkan ada yg berbulan2, gajinya tak juga dibayar

29. Kultur feudal kita tempatkan PRT tak lebih dari “abdi dalem”.  Jika sudah begini, nasib PRT akhirnya tergantung “belas kasih majikan”.

30. Bahkan hingga wafatpun, barangkali ada yg tak dibayar hak2nya. Keluarga dan anak2 tak bakal berani menuntut pada majikan ortunya.

31. Banyak majikan yg tak mau tahu bahwa PRT itu adalah profesi. Tapi lebih banyak lagi PRT yg tak tahu bahwa PRT memang sebuah profesi.

32. Maka kini PRT bisa pilih majikan. Bisa pilih rumah. Bisa pilih yg sedikit anak. Bisa pilih juga mana majikan yg kikir & yg dermawan.

33. PRT pun kini banyak memilih bekerja di Msia, Spore, apalagi Hongkong. Jangan dibayangkan lagi PRT di LN seperti mbok2. #PRTbukanBudak

34. Banyak di antara mereka yg cantik, elegan, tutur katanya terstruktur, terpelajar & terdidik. Sebab tak sedikit mereka juga sarjana.

35. Di Hongkong, PRT dari Indonesia bahkan membentuk organisasi2. Tiap Sabtu & Ahad mereka berkumpul di Victoria Park.

36. Jangan kaget, mereka banyak juga yg memilih laptop Apple ketimbang Samsung. Tampilan juga tak kalah dg majikan.

37. Bahkan ada beberapa PRT, yg sambil sekolah jadi guru. Lalu kemudian mereka magang praktek di sekolah2 bergengsi di Hongkong.

38. Saatnya hargai PRT. Caranya hapus kultur feodal di rumah. Sebab feodal inilah “pembunuh karakter” nomor wahid di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar