Sabtu, 20 Mei 2017

Belajar dari Teguh Kaheel

Saya dibesarkan dalam segala keterbatasan, butuh waktu yang cukup lama buat saya untuk memahami apa yang terjadi dalam hidup saya.

Saya berpikir bahwa apa yang saya alami dulu adalah takdir yang harus saya terima begitu saja, sebuah peran kehidupan yang memang sudah menjadi jatah saya.

Kemiskinan, rasa minder, menjadi pribadi kelas bawah yang untuk berbahagia untuk diri sendiri saja sulit

Sampai akhirnya saya memahami bahwa semua yang terjadi dalam hidup saya adalah sebuah ungkapan cinta sang kuasa.

Ternyata wujud cinta itu tidak selalu momen dan kejadian indah, dalam kekurangan, kerasnya hidup, kejadian yang menyedihkan ternyata juga ungkapan cinta, bahkan lebih indah dari kado ulang tahun dari orang tercinta.

Beberapa kali saya sulit lepas dari masalah, bahkan menemui masalah yang sama berulang kali, ternyata ada yang salah dari diri saya selama ini.

Saya terlalu lama mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Saya marah, saya pasrah, dan menerima dengan terpaksa.

Dan ternyata dengan menulis kejadian yang sudah terjadi, bahkan apa yang kita alami saat ini, kita lebih mudah untuk mengambil hikmah, karena saat menulis kita berbicara dengan diri sendiri.

Dan tulisan yang berdasarkan kisah nyata pasti akan menyimpan kekuatan didalamnya, selain mengambil hikmah untuk diri sendiri, kita bisa berbagi pengalaman dengan pembaca.

Dan semakin cepat kita mengambil hikmah, semakin cepat kita naik kelas

Biasanya, saya menggunakan teknik story telling untuk mengambil hikmah itu. Saya bukan mentor menulis sehingga tidak punya kiat khusus untuk menuliskan story telling tersebut. Begini cara saya menuliskan story telling saya.

1. Kembali ke masa lalu. Otak manusia diberi kapasitas luar biasa oleh Allah SWT untuk menyimpan berbagai memori. Namun, sayang (dan untungnya), memori buruk cenderung lebih mudah melekat. Mengapa untung? Saya pribadi lebih mudah belajar dari peristiwa buruk, dari sebuah ujian, ketimbang dari sebuah nikmat. Untungnya, otak saya lebih mudah merecall peristiwa buruk itu. Jadi, lebih mudah bagi saya untuk menuliskan peristiwa itu. Bedanya, kali ini saya sudah siap. Saya sudah dapat menarik hikmah dari peristiwa tersebut.

2. Jujur & apa adanya. Buat para seniman & musisi, semakin jujur & apa adanya, semakin berterima pula karya mereka. Begitu pula saat kita ber-story telling. Semakin jujur & apa adanya, semakin makjleb juga kesan yg diterima pembaca. Pesan, ajakan, & hikmah pun lebih "nampol." Tidak perlu berlebihan, apalagi dilebih2kan. Apa adanya saja. Sesekali boleh pakai bahasa gaul atau bahasa Inggris, asal jangan pakai bahasa alien.

3. Sisipkan info pendukung. Info pendukung ini bisa berupa lagu yang menggambarkan situasi cerita kamu, atau film yang maknanya mirip2 sama hikmah yg kamu mau sampaikan dalam kisahmu. Bisa juga dari buku yang kamu baca.

4. Sisipkan humor. Orang zaman sekarang hidup di dunia yang penuh tekanan. TV pun banyak menyodorkan hiburan cengeng yang membuat hormon bahagia makin turun. Humor, ya, kita butuh humor. Humor segar dan cerdas yang membuat kisah kamu, yang paling miris sekalipun, menjadi semakin seru dinikmati & mudah diambil hikmahnya.

5. Pakai hati. Dari film Titanic sampai Hell Boy, semuanya mengungkap kalau cinta mengalahkan segalanya. Begitu juga saat ber-story telling. Jangan lupa, selalu sertakan cinta di dalamnya. Tuliskan tidak hanya dengan otak (untuk me-recall memori), tapi juga dengan hati (sertakan emosi kamu di dalamnya). Tulisan panjang dan bagus kayak apa juga bakalan lewaaaatt sama tulisan yang pakai hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar