Selasa, 23 Mei 2017

Total Sedekah #4


Allah sudah kasih karunia kita banyak, banyak banget. Sudah kasih rezeki kita melimpah, melimpah sekali. Tapi untuk apa semua itu kita gunakan?
Jangan-jangan untuk diri sendiri.
Untuk Allah? Nggak dulu ah...
Bahkan ada yang berkata keji, nggak perlu bantuin orang, nanti Allah bantuin sendiri. Atau ada yang bilang gini, Allah Maha Kaya, yo wis gak usah sedekah.
See...kalau tak pake kitab suci, maka pikiran bisa kacau begini. Allah Maha Kaya dan bahkan Super Kaya, dan nggak butuh sedekah kita. Tapi kita butuh Allah, kita perlu Allah, kita sangat merindukan Allah. Allah perintahkan sedekah, infaq sebagai salah satu jalan mendekat pada-Nya. Yaudah, laksanakan.
Bahkan bukan barang sedekah kita yang mengantarkan kita ke Allah, tapi ketakwaan hati dan jiwa inilah. Nah, kalau hati dan jiwa tidak tergerak untuk sedekah, maka pasti takwa sudah tidak ada.
Sayangi yang di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu. Siapa dia? Malaikat-malaikat Allah yang memberi rezeki. Kenapa seret, kenapa mampet, kenapa rezeki nggak datang cepet? Ya mungkin salah satunya itu tadi...kita pelit sedekah, medit, dan kalau suruahh sedekah komat-kamit nggak ada komit.
Suatu ketika ada seorang pemuda yang percaya kalau Allah Maha Memberi dan Maha Membalas. Pemuda ini kasih les gratis kepada anak-anak kampung. Lalu minta pamrih bukan upah, tapi doa, semoga Allah kasih dia bangku kuliah di Perguruan Tinggi Negeri terbaik...
Alhamdulillah setelah tiga bulan berselang, terjadi juga tuh doa dikabulkan. Kebayang, tiap hari ngajar tanpa upah, tanpa upeti, tapi Allah yang lihat, yang Ganjar, dan kasih rezeki. Lebih indah, lebih besar, lebih berkah.
Kasih ilmu, sedekah ilmu, ternyata Allah luaskan lagi ilmu yang akan kita dapati dan dalami.
Ada seorang pemuda, sudah dua kali gagal untuk dapat S2. Akhirnya yang ketiga kalinya, dicobanya 'jual-beli' sama Allah. Pemuda ini bisa ngasih training dan motivasi. Langsung dia kirim surat ke 100 sekolah dan di GRATIS kan. Harapannya cuman satu, Allah Ganjar beasiswa S2.
Tidak berapa lama kemudian, pemuda itu dapat beasiswa. Prosesnya dipermudah dan dia sendiri tidak sangka-sangka. Bahkan kalau ditotal, senilai 100 juta rupiah.
Ada pemuda, mau nikah. Bingung harus gimana. Adanya yang tiga ribu rupiah saja. Utang puluhan juta juga menggunung. Pemuda ini yakin, dengan menikah akan memampukan, mengayakan, dan menyelesaikan persoalan. Hehe..iya persoalan perjombloan. Hehe...
Jadi jomblo juga ibadahnya rugi. Hanya dihitung setengah. Beda kalau menikah, akan dinilai genap sempurna. Pemuda ini siap menikah karena Allah, untuk Allah dan hanya Allah.
Lalu datanglah pemuda ini ke temennya yang ahli sedekah. Disuruhnya sedekah tuh uang tiga ribu rupiah. Lalu disuruh lagi dhuha. Ya, selama ini dhuha dilakukan begitu saja. Pemuda ini manut percaya kepada temennya yang sudah menikah, lebih mudah, ahli dhuha dan gemar sedekah. Yaudah dituruti saja.
Lalu silaturahmi lah pemuda ini dan temennya. Kemana-mana. Alhamdulillah silaturahmi mendatangkan rezeki. Dibantulah akhirnya untuk nikah pemuda ini uang dari satu juta sampai juta-juta yang lain dari temennya, sahabatnya, teman S2nya, banyak lah.
Saat itu pemuda itu lagi bangkrut, rugi bandar, karena keuangannya emang kalang kabut, tanpa ilmu, tanpa guru, sering ngaco dan ngawur.
Setelah menikah, Alhamdulillah istri gemar nabung, bisa kelola keuangan, akhirnya nggak sial. Iya, bener nih, kalau bisa finansial nggak akan sial. Berapa yang harus dizakatin dan disedekahkan, berapa yang buat bayar utang, berapa yang harus ditabung dan dihabiskan, semua ada porsinya, ada proporsinya. Insyaallah kalau ini bisa diatur, maka hidup jadi makmur.
Ya, perlahan pasti utang pemuda yang jadi suami ini akhirnya berangsur-angsur tertutupi. Kebiasaan utang, sudah nggak lagi. Bahkan kebiasaan sedekah yang dulu ngawur sampai hancur karena abis itu utang lagi, gali lubang tutup lubang, sekarang sudah bisa di manage, dikelola.
Ya, ada saatnya sedekah ekstrem, sekali besar dan sampai membuat kita gemetar. Tapi hanya sesekali. Bukan berkali-kali. Dan ada waktunya, ada momentnya. Jangan terus-terusan.
Nggak baik juga karena nanti kita jadi tanggungan orang, nyusahin orang, bikin beban orang. Kecuali kalau kita sudah punya mental pengusaha. Bisa usaha, bisa dagang, bisa jualan, bisa makint money dari nothing.
Nah, saya dan mahasiswa saya pernah coba ini. Mulai dari pelajaran Total Surrender yang sudah dibahas di awal, bagaiman, kita bergantung Total sama Allah, Total berharap sama Allah. Lha kalau saya, niat seluruh gaji buat di jalan Allah, buat berbakti, buat bayar utang orang tua, buat keluarga, kerabat yang memang Allah perintahkan kita untuk berbakti pertama.
Lalu saya terpaksa harus belajar jualan lagi, tapi Alhamdulillah akhirnya bisa. Mahasiswa juga sama. Nggak boleh pake uang dari orang tua, simpanan, dan juga tabungan. Letakkan dulu. Lalu tiba-tiba semangat jualan bergairah.
Saya sampai jualan buah, jualan macam-macam dan ternyata itu jadi sense of urgency yang wow banget. Banyak orang sukses itu kepepet atau kalau nggak lagi kepepet, ya mepetin diri. Saya juga pernah pelatihan yang ada sesi sedekah untuk menyedekahkan semuanya. Sehingga pas pulang nggak bawa apa-apa. Tapi kita bawa Allah, kita punya Allah, dan itu saja sudah wow dan wah.
Lalu gimana?
Ya usaha, ya bekerja, ya jualan, ya apa kek yang halal dan legal, hajar... insyaallah rezeki akan bersinar.
Nah, saya hanya ingin meyakinkan bahwa sedekah itu bekerja, kalau Allah yang kita percaya. Allah akan balas berlipat ganda. Pasti, sepasti besok matahari terbit lagi. Karena memang begini yang tertulis di kitab suci.
Dan kisah pemuda yang tadi saya ceritakan adalah nyata, true story, karena saya kenal banget dengan dia. Hehe...lha wong iya, saya sendiri.
Dan sekarang rezeki itu bukan gaji, bukan materi, bukan harta yang tersimpan di lemari. Bukan, yang kita persembahkan kepada Allah-lah sebenar-benarnya rezeki. Ya, yang mengabadi, kekal dan akan dibawa mati.
Sekarang, adakah harta yang Anda cintai? Siapkah disedekahkan kepada Allah Yang sudah memberi?
Bukan sedekah aja pentingnya ini, tapi memutus, memotong, memisahkan rasa cinta duniawi yang berlebih.
Percayalah, kalau dunia di dalam hati. Maka hina dinalah kita. Namun akherat sudah di hati, dunia sudah tak ada arti, maka dunia akan Allah hamparkan sujud menghampiri. Ya, Allah hanya ingin menguji, masihkan kita ingat semua materi itu atau tetap ingat Allah Yang Memberi?
Siap sedekah harta yang dicintai???
Itulah Total Sedekah... insyaallah hasilnya berkah-berlimpah....
Oh iya, saya mau tanya? Kenapa daun-daun ada yang berguguran? Yaitu tadi, supaya yang baru lekas tumbuh. Kalau harta yang dicintai mampu kita lepaskan karena Allah, insyaallah Allah balas yang lebih baru lagi, lebih baik lagi, lebih indah lagi.

Sekian

Mr Joss
Penulis Total Solution

Tidak ada komentar:

Posting Komentar