Rabu, 17 Mei 2017

Total Sedekah #2

Sebelumnya saya sampaikan terima kasih buat Ustad Amang Syarifudin, Lc yang membuat saya semakin paham terhadap konsep sedekah yang menjadi bagian dari penguatan iman. Beliau bilangnya, "exercise of Iman" adalah sedekah.

Emang beneran. Di Al Baqarah ayat 1 sampai 3 kalau dirunut sampai ayat 3 yang akhir, buah dari iman kepada yang gaib adalah mau sholat dan mau infaq alias sedekah. Ini maksudnya gimana ya?
Gini, sholat kan waktunya tertentu. Pasti berbenturan dengan apa yang kita mau. Kalau kita pilih sholat, mau sholat, sungguh-sungguh tepat waktu, maka berarti kita utamakan Allah selalu.

Enak-enak tidur pagi ada sholat subuh. Enak-enak makan siang, ada sholat dhuhur. Enak-enak istirahat sore, ngaso sore, ada sholat ashar. Enak-enak jalan petang, ada sholat maghrib. Dan enak-enak bercengkrama malam, ada sholat isya.
Coba kita ngalah, mendulukan sholat, maka itulah buah iman, lulus imannya, dan bukti iman kepada yang gaib beneran, termasuk iman dan percaya penuh ke Allah, ke malaikat, ke akherat dan semua dalam rukun iman yang enam itu. Itulah ujiannya.

Dan tidak hari ini aja, tetapi setiap hari. Ya, besok lagi, lagi, dan lagi sampai kita mati. Bahkan waktu yang Allah beri ini adalah ujian buat kita, apakah untuk mengabdi dengan sholat tepat waktu, atau apakah kita malah lalai atau bahkan mendustakan kewajiban sholat dengan meninggalkannya begitu saja. Nauzubillah.

Jadi sampai mati, selama Allah beri kita waktu, ujian iman akan selalu menghadang dan semoga Allah kuatkan keputusan-keputusan untuk mendahulukan sholat, mengutamakan sholat, mengerjakan sholat, apapun keperluan kita. Pokoknya sholat itu utama dan pertama. Insyaallah itu adalah pertanda iman yang sempurna.

Nah, selanjutnya yang ada hubungannya dengan Total Sedekah. Terkait harta, benda, uang, kekayaan yang kita miliki. Sanggup nggak kita bisa sedekah, baik di waktu lapang ataupun sempit. Baik di waktu banyak uang atau lagi uang sedikit-sedikitnya. Ya, itu ujiannya.
Saat Ustad Amang cerita ini, langsung beliau suruh untuk "exercise iman" dengan langsung infaq di depan beliau. Saat itu beliau memotivasi, namun tidak ada yang berdiri dan menaruh uang untuk memulai sedekah. Namun begitulah, iman itu perlu diuji, iman itu perlu nyali.

Walaupun tidak ada yang maju untuk sedekah di depan, tapi kata-kata beliau menghujam dan menusuk dalam-dalam di hati. Buktinya?
Setelah acara itu, di dalamnya ada lima kelompok kecil mengaji. Dari lima kelompok ngaji itu masing-masing terdiri dari dua puluhan orang dengan diberi nama  kelompok seperti nama-nama sahabat Nabi. Ada Abu Bakar As Siddiq, ada Umar bin Khattab, ada Usman bin Affan, ada Ali bin Abi Thalib, dan ada Abdurahman bin Auf.

Nah, setelah pengajian ustad Amang, kita semua bermalam di Masjid Universitas Indonesia. Dan untuk Mabit (bermalam) ini pasti butuh dana. Mulai dari konsumsi, ngundang ustad untuk transportasi, sarapan pagi, perlengkapan lain seperti sewa LCD dan sebagainya. Dan kita biasakan, bikin acara ya dari kantong sendiri, nggak ada tuh sponsorship, nggak ada tuh sumbangan dari luar. Adanya, dari kita, oleh kita dan untuk kita. Itulah semangat kemandirian.

Nah, setelah selesai ngaji, pagi harinya semua pada berinfaq sesuai kelompoknya. Nah, saya merasa sahabat-sahabat Nabi itu hidup kembali. Walaupun dalam sebatas nama. Kita report dan rekap bagaimana masing-masing kelompok ngaji pada berinfaq.
Awalnya masing-masing total sedekah setiap kelompok ngaji sekitar 300ribuan. Baik dari Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan Auf. Namun terjadilah perlombaan banyak-banyakan sedekah. Ya, banyak-banyakan Total Sedekah. Mulai dari Abu Bakar yang mulai duluan dengan nambah sedekah 300ribu. Karena disitu anggota pengajiannya banyak yang kaya, bahkan ada yang per bulan gaji sudah mencapai 60 juta. Sehingga Abu Bakar menang jadi 600ribu.

Namun Umar tak mau kalah, ada salah satu anggota ngajinya yang kerja di Peruri, BUMN yang cetak uang, bikin ulah, langsung sedekah 600ribu. Jadilah Umar menang dan memimpin. Hehe... kebetulan saya ikut ngaji juga dan berada di Umar.

Namun dasar Abu Bakar yang selalu pengen menang, udah deh dia nambah lagi sedekah sehingga totalnya lebih dari 100ribu dari perolehan Umar. Abu Bakar menang.

Tak berhenti di situ. Tiba-tiba Auf nambah nyumbang sampai hitungan 2 juta lebih. Abu Bakar tak mau kalah, nambah nyumbang lagi sehingga lebih besar. Umar geram dan langsung nambah 500ribu, nambah lagi 600ribu, bahkan tadi yang kerja di Peruri langsung nyumbang di angka yang membuat semua kalah telak. Plus sebagai penutup, ditambah lagi ah 200ribu dari binaan saya.

Alhamdulillah Umar akhirnya menang. Ternyata oh ternyata, spirit ini melebar dan menjalar sampai ke Usman yang juga menyumbang sampai di angka 2juta. Walau tidak menang, tapi sudah bertambah besar.
Itulah Total Sedekah yang kami sudah contohkan. Kami ingin seperti Abu Bakar, seperti Umar, Usman, Ali dan bahkan Auf. Kalau sudah sedekah sudah tidak perhitungan lagi, sudah tidak hitung-hitungan lagi. Karena Allah yang kami cari, karena iman yang sudah paham dalam dada kami.

Bahkan terkait infaq ini, di surat Al Baqarah ayat tiga sudah disebutkan lebih dulu, bahwa semua harta yang kita miliki itu Allah yang beri, Allah yang kasih, Allah yang karuniakan jadi rezeki kami. Baru setelah Allah camkan ini, kalau memang kita bertakwa, beriman, dan percaya yang gaib, maka kita berani infaqkan, berani sedekahkan.

Dan semua itu akan Allah balas kembali. Karena itulah sebenar-benar takwa. Sedekah untuk Allah dan berharap Allah balas kembali. Baik Allah kasih pahala, surga atau rezeki. Alhamdulillah sekali.

Di ayat selanjutnya, kita diminta lebih yakin lagi bahwa ada Al Qur'an yang penuh kebenaran dan ada akhirat yang bener-bener akan kita rasakan. Siapa yang sudah mempersiapkan dengan baik dengan segala amalan di dunia, maka di akherat, semua akan Allah balaskan sepenuhnya, seadilnya, dan sepadan. Dan itulah tujuan kita, terminal akhir kehidupan kita.

Kalau sholat sudah dijaga, kalau infaq sudah biasa, insyaallah kita sudah berada di jalan yang lurus, yang tidak tergoyahkan. Di jalan yang isinya adalah orang-orang yang beruntung, orang yang sukses, orang yang menang dan orang yang bahagia.

Nah, kalau sholat itu harian, bisa nggak kita sedekah juga harian? Berapa apa aja? Terserah. Yang penting istiqomah. Ingat, baik di waktu lapang atau ada kemandegan, tetaplah sedekah.

Guru saya, murobbi saya, sudah mencontohkan, menteladankan, sehari 200ribu. Persisten, konsisten. Beliau rutin harian sedekah ke Baitul Qur'an, sebuah pesantren yatim dan dhuafa yang khusus untuk menghafal Qur'an. Dan Alhamdulillah berkah selalu rezekinya.

Saya ingin mencontohnya. Walau mulai 2ribu sehari. Kalau sebulan sudah bisa, naik lagi dong, 5ribu, bahkan 10ribu, 20ribu, atau 50ribu yang sekarang sudah saya lakukan. Yang penting harus harian.
Nah, di Total Sedekah ini bukan sedekah yang sesekali, tapi berkali-kali, setiap hari. Supaya kita dimasukkan Allah di hambaNya yang bertakwa, beriman, yang percaya dan iman. Yang gaib dia bener-bener yakin, yang sholat diutamakan dan dipertamakan. Dan infaq atau sedekah juga sama. Sudah biasa dan setiap harinya ada alokasinya.
Anda???
Yuk mulai sedekah harian....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar