Jumat, 05 Desember 2014

Dibalik Jadwal Rutin by Erie Sudewo

1. Sebenarnya setiap orang punya jadual kegiatan rutin di rumah. Satu dua menuliskannya. Tapi lebih banyak lagi yang tak mencatatnya

2. Sadarkah bahwa , itu cermin kualitas diri kita. Juga jadi cermin : “Mengapa Indonesia bisa seperti ini?

3. Jangan sepelekan buat jadual kegiatan rutin untuk diri sendiri. Sebenarnya ini hal biasa. Tapi mengapa jadi “ruaaar biasaaa” di kita?

4. Jawabnya: “Kita selalu biasakan hidup, jika bisa, tanpa aturan”. Aturan atau jadual tertulis yang tidak kita buat untuk diri sendiri

5. Apakah penting jadual tertulis? Awalnya betul amat penting. Melalui jadual tertulis, kita jadi patuh dan disiplin. Ini pembiasaan

6. Namun setelah terbiasa dengan jadwal, tanpa tertulis pun kita akan patuhi apa yg telah jadi kegiatan rutin. Tak ke sana-sini

7. Jadual tertulis memaksa hidup jadi terarah. Ada kegiatan rutin yang wajib dilakukan. Selebihnya improvisasi. Boleh ya boleh tidak

8. Sesiapa yg biasakan diri punya jadual, sejatinya dia merupakan orang yang mau ikuti aturan, patuh dan disiplin. Dia pendidik diri yg baik

9. Dia terbiasa hidup dengan tegakkan aturan di rumah. Ketika ke masyarakat, dia jadi bagian yang mudah patuh pada aturan di manapun

10. Sebab dia sudah rasakan. Aturanlah yg membuat tatanan jalan baik. Jadilah sistem yang memaksa/menjamin mekanisme berjalan baik

11. Sebaliknya orang yg tak biasa terjadual. Untuk membuat jadual tertulis pun pasti dirinya menolak mentah-mentah. Kenapa dia menolak?

12. Harga diri tersinggung. Kedewasaannya terusik. Dia terpermalukan. Seolah-olah dia dikembalikan ke masa anak-anak |

13. Padahal pada waktu kanak-kanak, hampir pasti, “dia tak pernah membuat jadual kegiatan rutin sehari-harinya” |

14. Dia hidup tanpa aturan yang dibangunnya. Sampai dewasa, dia jalani hidup dengan ikut sana-sini. Penuh improvisasi |

15. Hidup seperti itu, tak lain mengakali jalannya hidup. Dirinya tak dibiasakan beraturan. Dimanapun dia terus mengakali apapun

16. Ketika yg lain patuh, dia ikut. Saat yg lain tak patuh, dia ada di belakangnya. Ketika ada yg curang, jangan-jangan dia juga ada di situ

17. Apa yg dilarang, dia patuh saat ada petugas. Saat tak ada, EGP. Ketika ditegur teman karena merokok, dia malah sengaja dan nantangin

18. Di tempat ber-AC, di kendaraan umum, di ruang umum, orang Indonesia yang merokok seolah menghisap asap dengan tanpa merasa bersalah

19. Orang-orang yg hidupnya biasa tak patuh dengan jadual, dirinya jadi cenderung merusak. Dimanapun dan kapanpun selalu bersiasah

20. Di jalan, tiada hari tanpa tilang. Apalagi yg namanya motor. Jika bisa seluruh jalan dikuasai. Tak melanggar, tak afdol sbg pemotor

21. Di kampung, anak-anak SD leluasa bawa motor. Orang tua bukan hanya mendiamkan, malah tugasi anaknya pakai motor |

22. Di kota, anak orang beken dan pejabat, sama saja. Mengemudi tanpa SIM. Saat celaka, ada yang tanggung jawab ada pula yang “cincai” lah

23. KIR jadi dagelan. Ini bukan cuma perkara sekadar suap. Karena mobil tak layak tetap jalan, nyawa manusia tak ada artinya sama sekali

24. Jembatan timbang truk, siapapun tahu sandiwaranya. Truk-truk over weight lewat. Maka jalan di seluruh Indonesia cepat hancurnya

25. Di sekolah, tiada detik tanpa mencontek. Saat ada siwa jujur dan tak mau berbagi saat ujian, eh diboikot. Disebut sok moralis dan diusir

26. Jajanan di sekolah, mengerikan. Yg mengolah panganan anak-anak SD, banyak orang bawah. Coba jawab: “Apa mereka peduli makanan baik?

27. Zat pewarna tekstil punya. Borax, vetsin, bahan kaduluwarsa dsb yg buruk diracik. Lalu apakah mereka kenal kebersihan dengan baik?

28. Semua itu dijajakan di pinggir pagar sekolah. Lengkap dgn dagangan lain, serta abu jalanan yg bertebar leluasa ke sana-sini

29. Sampah, he he he… Ada teman bule katakan: “Indonesia adalah tempat pembuangan sampah terbesar di dunia” |

30. Heeek, saya tertohok. Tapi saat direnungkan, “iya juga ya”. Dimanapun orang buang sampah. Bahkan di lantai istana pun ada puntung rokok

31. Mengapa terjadi banjir? Jawabnya pasti ulah kita. Lihat di antaranya. Pohon ditebangi ludes. Sungai jadi tempat buang sampah

32. Daerah resapan air seperti jumbleng/rawa kecil, diurug tanah. Di atas dibangun rumah. Lha bgmana tidak banjir, wong disitu tempat air

33. Yang bangun namakan diri “Sang Pengembang”. Yg beli kelas menengah. Sesama terpelajar. Klop penjual pembeli, kerjasama dalam keburukan

34. Toilet, hei… hei… itu show room terbaik. Perlihatkan kualitas kebersihan kita. Yg bersih dan jorok, kira-kira berapa perbandingannya?

35. Yang paling mengerikan, jangan-jangan di sebelah rumah kita ternyata pabrik UKM narkoba. Atau eh tempat pengatur prostitusi ...

36. Bisnis banyak yg ingin menang sepihak. Baca baik-baik peraturan yg perusahaan keluarkan. Rata-rata yg “terdakwa dan terpasung” pembeli

37. Mungkinkah itu semua berkait dengan tak pedulinya kita pada jadual kegiatan rutin di rumah? jawabnya kita kupas Senin 8 Des 2014

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar