Senin, 22 Desember 2014

Ilmu Bagi Hasil. >> Erie Sudewo

1. Ilmu bisa diperoleh dari manapun, kapanpun dan oleh siapapun. Tetapi dari sejumlah itu, berapa banyak yg bisa mengambil ilmu dengan tepat

2. Dari sekian banyak yang bisa mengambil dengan cocok, berapa banyak yang bisa memanfaatkan ilmu itu baik-baik | #IlmuBagiHasil

3. Dari sekian banyak yang bisa menerapkan, berapa banyak yg berhasil? Dari sekian yg berhasil, berapa banyak yg bermanfaat/maslahat?

4. Dari sekian yg mashalat, berapa banyak yg berkah? Dari sekian yg berkah, berapa banyak yg barokahnya hingga berlipat-lipat ke masyarakat?

5. Hari ini lebih banyak orang yg bisa mengajar, bukan mendidik. Apa beda mengajar dengan mendidik? #IlmuBagiHasil | #CharacterBuilding

6. Mengajar itu hanya transfer knowledge. Bicara, bincang-bincang, diskusi dan tausyiah adalah bagian dari transfer pengetahuan

7. Sedang mendidik harus praktek. Ada yg langsung praktek dan sedikit bicara. Ada yg dengan prolog dahulu baru praktek | #IlmuBagiHasil

8. Di sepak bola, penonton sekadar melihat. Pengetahuan ada. Karena tanpa praktek, mudah sekali teriak: “Bodoh, tuh pemain” | #IlmuBagiHasil

9. Sedang pemain, teori dapat tapi lebih banyak praktek. Hebatnya kaki kiri Messi dan tendangan Ronaldo, mungkin telah dilatih jutaan kali

10. Cabang ilmu pun berkembang banyak sekali. Begitu juga dengan lmu syariah. Gelanggang ilmu syariah memang berkembang dimanapun

11. Muncul perguruan tinggi khusus pelajari ekonomi syariah. Bahkan PT terbaik Indonesia dan dunia pun kini mulai pelajari ekonomi syariah

12. Namun soalnya, mengapa perilaku Islami tidak muncul bahkan justru di sekolah-sekolah berbasis Islam sekalipun? #IlmuBagiHasil

13. Ada beberapa alasan. Ke-1 yg mengajar kesyariahan kini siapa? Jika dia menganut Islam, maukah dia praktekkan apa yg diajarkan

14. Jika yang muslim saja tak mau praktekkan, bgmana lagi dengan yang berbeda keyakinan. Ini persoalan besaaar sekali | #IlmuBagiHasil

15. Yang non muslim, tentu cenderung tak akan praktekkan. Persoalannya mengapa yg non mau belajar dan mengajar syariah | #IlmuBagiHasil

16. Mengajar memang hanya transfer ilmu. Tapi mendidik harus praktek. Ilmu syariah tak bisa hanya dipelajari. Harus dipraktekkan pula

17. Jadi jelas. Saat ilmu syariah tak dipraktekkan, maka perilaku Islami juga tak akan tumbuh bahkan di sekolahan yg berbasis Islam

18. Di zaman kolonial dulu, non muslim yg pelajari Islam disebut orientalis. Tugasnya memberi masukan agar pengaruh penjajah tetap kuat

19. Kini sebutan orientalis redup dan hilang. Bahkan seolah tak ada lagi yg berani katakan orientalis. Entah mengapa. Ada yg bisa jawab?

20. Ke-2 jika ilmu syariah hanya sebatas dipelajari, maka ekonomi syariah tidak akan berkembang sebagaimana mestinya | #IlmuBagiHasil

21. Sementara ekonomi konvensional telah berkembang selama ratusan tahun. Begitu tertata, mengakar dan kuat pengaruhnya | #IlmuBagiHasil

22. Maka praktisi ekonomi syariah pun ragu-ragu untuk tegas, hingga terjebak ikuti apa kebiasaan yg telah berlaku di ekonomi konvensional

23. Padahal RM Padang, sudah sejak lama praktekkan prinsip ekonomi syariah. Di antaranya terapkan system bagi hasil | #IlmuBagiHasil

24. Ada yg lakukan tiap 100 hari pecah celengan. Setelah dikurangi biaya-biaya, net profit dibagi dua: 50% pemilik modal dan 50% pekerja

25. Bahkan jika pemilik modal ikhlas hanya ambil 40% apalagi cuma 30%. Cara ini tegas nyatakan bahwa pemilik bisnis bukan orang serakah

26. Tak serakah = seutamanya prinsip bisnis. Bisnis untuk apa? Cari laba. Saat laba dibagi lebih pentingkan pihak lain, bgmn menurut anda?

27. Puncak dari serakah itu apa? Uang. Demi uang, orang sanggup lakukan apapun. Bukan cuma nyolong, rampok, dan korup. Bunuh pun jadi

28. Uang dan tamak menyatu. Tak salah Machiavelli bilang: “Manusia adalah homo homini lupus. Manusia jadi serigala bagi lainnya”

29. Dengan bagi hasil, fitrah negatif itu dikendalikan. Ketamakan dimatikan. Otomatis saat itu juga sifat kasih sayang berbagi disuburkan

30. Dengan bagi hasil, bisnis pun jadi ajang pendidikan tak pentingkan diri sendiri. Makin banyak yg tak egois, makin amanlah perusahaan

31. Saat laba/uang tak dikangkangi sendiri, secara psikologis siapapun terambil hatinya. Siapa yang tak senang bila pemilik tak serakah

32. Dengan bagi hasil, ternyata ini obat anti korupsi. Sebab untuk apa korupsi, pemilik rela bagi-bagi keuntungan. Halal thayib

33. Bagi hasil buktikan kasih sayang pemilik. Ini pun bakal rangsang karyawan sayangi pemilik. Terjadi timbal balik saling menjaga

34. Dengan saling jaga itu, siapa sangka itu juga jadi metode waskat nan jitu. System pengawasan jadi makin kuat | #IlmuBagiHasil

35. Berbaginya pemilik, di sisi lain juga tumbuhkan loyalitas karyawan. Makin sayang pemilik pd karyawan, makin loyal karyawan pd pemilik

36. Dengan saling menyayangi, terjalin hubungan majikan dan pekerja seperti keluarga. Egaliter, mengalir, kekakuan formalitas dicairkan

37. Manfaat lain bagi hasil, ternyata rangsang produktivitas. Yg malas kerja sejam dapat rezekinya sejam. Yg 8 jam dpt laba selama 8 jam

38. Maka ketika dibolehkan 24 jam, system bagi hasil tetap adil jamin keadilannya. Jadi mengapa tak bukan 24 jam saja utk tambah orang kerja

39. Sistem bagi hasil seperti ini merangsang tiap lini jadi produktif. Makin giat dan kerja keras, makin besar laba yg diperoleh

40. Bagi hasil memang ajaib. Dia adil, cegah korup curang, rangsang produktivitas, basis hubungan kasih sayang, serta munculkan loyalitas

41. Cuma ketika umat Islam sendiri tak mau praktekkan, apakah akan terasa keajaibannya? #IlmuBagiHasil | #CharacterBuilding

42. Ketika umat Islam tak berpraktek, ilmu ekonomi Islam jadi filsafat utopia saja. Ada tapi seolah jadi ilusi dan cuma indah dalam diskusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar