Senin, 22 Desember 2014

Negara Salah Urus >> Erie Sudewo

1. Krisis Indonesia koq tak kunjung selesai. Satu masalah kelar, soal berikut muncul. Nyaris di semua sisi. Coba saja simak di ipoleksosbud

2. I-nya ideologi. Apa ideologi sesungguhnya Indonesia? Azas tunggal Pancasila dulu sempat dit oral. Yang menolak dipersona non grata

3. Sementara yang mempersona non grata itu, apakah perilaku mereka sudah Pancasilais seperti yg didengung-dengungkan? #NegeriSalahUrus

4. Mereka yg beryel-yel menggelegar tentang Pancasila, perilakunya belum tentu lebih Pancasilais ketimbang yang tak peduli soal ideologi itu

5. Di politik, kegaduhan makin jadi. Semua platfon partai, nyaris mirip dan sebangun. Namun yang kinerjanya beneran demi rakyat, yang mana?

6. Kendati belum tampak satu partai pun signifikan bangun negeri, rasanya seolah mereka paling berjasa bangun Indonesia | #NegeriSalahUrus

7. Dalam ekonomi, jawab dengan jujur. Apakah hidup hari ini lebih baik atau lebih murah ketimbang kemarin? | #NegeriSalahUrus

8. Mata uang kita berkali-kali didevaluasi. Dari 1 US$ yg sekian ratus rupiah, kini di angka Rp 12.000-an. Dan naga-naganya terus melemah

9. Jika di 2012 jadi redenominasi maka bisa jadi mirip sanering (pemotongan uang) yang kedua kali. Entah bagus atau tidak, tak jadi sanering

10. Dulu uang kita kaya akan pecahan. Ada sen, ketip, gobang, dan tali. Maka dulu pun dikenal istilah “setali tiga uang” artinya “sama saja”

11. Apa arti begitu banyak uang pecahan? Artinya uang kita kuat dan berotot. Semakin kecil pecahan uang, semakin kuat nilai tukarnya

12. Sebaliknya semakin besar angka yg tertera di mata uang, semakin lemah nilai tukarnya. Pecahan uang kita sudah capai angka Rp 100.000

13. Bandingkan dg Malaysia. Pecahan RM 500 masih tampak. Yang RM 1000 jarang. Sedang US$ yang 500 apalagi 1000, sulit dijumpai

14. Baru-baru ini kita protes pecahan 10.000 dollar Singapura, karena pecahan ini selalu ada dalam penyitaan aset koruptor di negeri ini

15. Mengapa uang kita makin lemah? Struktur fondasi ekonomi kita tak sungguh-sungguh diperkuat. Kita lebih banyak bicara makro ekonomi

16. Bicara makro itu ibarat main tetangga-tetanggaan. Kita langsung terjun dalam pusarannya. Sedang permainan itu dikuasai tetangga

17. Fondasi ekonomi rapuh itu ibarat keluarga yang nihil sumber pemasukan miliknya sendiri. Punya sumber daya tapi dikelola tetangga

18. Kita cuma dapat royalti sedikit. Itu pun jika fair. Kita lemah dalam bertetangga. Di luar rumah tak wibawa, tak dihormati, tak digubris

19. Kita tak punya bargaining position dan power. Hingga sebagai tuan rumah pun kita ikut aturan tamu yang datang ke rumah. “Gila kan?”

20. Hingga gunakan Rupiah di rumah sendiri pun tak leluasa. Amat tergantung tamu dan sikon luar rumah | #NegeriSalahUrus #CharacterBuilding

21. Tetangga sakit, kita demam. Tetangga batuk, kita meradang. Tetangga senang kita batuk. Jadi senang susahnya tetangga, kita tetap apes

22. Krismon '98 contoh terbaik. Kita dan jiran sama-sama dilabrak. Cuma beda penyelesaian. Agar apple to apple bandingkan Indonesia Malaysia

23. Ada 3 alasan. Sebab ke-1 sesama Melayu. Ke-2 pejabat Malaysia juga banyak keturunan Indonesia. Ke-3 sama-sama dilabrak spekulan uang

24. Bedanya pada kebijakan. Mahathir tetapkan patokan. 1 US$ nilainya RM 3. Kebijakan kita “kurs mengambang”. Rupiah ikuti pasar

25. Bedanya lagi kita bagai kerbau dicocok hidung oleh IMF. Sedang Malaysia tidak. IMF bertitah, BUMN pun kita obral besar-besaran

26. Inilah kasus terbaik studi ekonomi pembangunan di dunia. Indonesia jadi contoh terbaik #NegeriSalahUrus | #CharacterBuilding

27. Petinggi kita dan para  doktor lulusan LN, banyak “merasa pandai”. Padahal memang pandai. Di antara mereka, siapa yg “pandai merasakan”?

28. Apa beda “merasa pandai” dengan “pandai merasakan”? Bedanya yang merasa pandai itu susah sekali diberitahu. Dia hanya takluk pada asing

29. Kenapa pada asing takluk? Karena mereka adalah guru besarnya saat kuliah. Artinya yg merasa pandai hanya kalah dari orang yg di atasnya

30. Untuk urusan begini, Kwik Kian Gie sudah ingatkan. Cuma tak digubris. Jika Kwik yg berintegritas diabaikan, apalagi kita-kita kan?

31. Di zaman Orla pernah sekali terjadi sanering. Rp 1000,– jadi  Rp 1,– saja. Lalu hampir setiap tahun uang kita konsisten, “terdevaluasi”

32. Nilai Rupiah terus keok tergerus. Berapa besar pelemahan rupiah itu sesungguhnya bisa diteliti dan dipelajari | #NegeriSalahUrus

33. Ini bisa jadi bahan kajian menarik. Mahasiswa pasca studi pembangunan, mustinya bisa jadikan tesis bahkan disertasi | #NegeriSalahUrus

34. Bicara pembangunan bukan cuma di ekonomi dan keuangan. Luas cakupannya. Kira-kira di sektor ekonomi mana yg boleh dikatakan kita maju?

35. Di sisi sosial, apakah tatanan sosial kita juga lebih baik? Kita makin resah dgn geng motor, tawuran, miras, narkoba, sex dan pedofil

36. Di sisi hukum, mafia pengadilan temukan kinerja terbaik. Justru sebagian penegak hukum, malah jadikan hukum sebagai sumber rezeki

37. Korupsi kita munculkan legenda “trias koruptika”. Berjalan berpuluh-puluh tahun, sistematis, dan terlembagakan | #NegeriSalahUrus

38. Pendidikan kita tambal sulam. Di atas kertas mungkin hebat. Prakteknya? Siapa bisa jawab: “Apakah pendidikan kita buat anak jadi baik?”

39. Guru diabaikan. Gajinya ada yg masih honorer. Bahkan ada yg cuma Rp 50.000/bulan. Bandingkan. Berapa honor tukang kayu/hari?

40. Guru besar pun bahkan nikmati narkoba dg mahasiswi-nya. Pejabat PT bahkan rektor pun ada pula yang tersangkut perkara korupsi

41. Jadi mengelola negeri, sesungguhnya masing-masing negara punya jalannya. Dan ternyata yg terpenting, tergantung pada para pemimpinnya

42. Saat lembaga ingin kuat, rekrut pasukan. Saat lembaga ingin berlipat laba, rekrut manajer. Tapi jika ingin sustain, rekrut pemimpin

43. Pemimpin ini yang tentukan arah negara. Ketika pemimpin tak selesai dengan dirinya, pastilah negeri itu jadi #NegeriSalahUrus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar