1. Kebutuhan hidup itu beragam. Singkatnya bisa kita bagi 3 kategori, yakni 1) kebutuhan dharuri 2) kebutuhan azasi 3) kebutuhan kanali
2. Ke-1 Kebutuhan Dharuri (darurat). Ada yang bilang ini Kebutuhan Dasar atau Kebutuhan Primer | #KebutuhanHidup | #CharacterBuilding
3. Sesuai namanya yang darurat, mutlak mesti dipenuhi. Jika tidak, harkat sebagai manusia morat-marit | #KebutuhanHidup | #CharacterBuilding
4. Kebutuan darurat cuma 3P (Pangan, Pakaian, Papan). Ini soal dasar. Salah satu tiada, pasti masalah | #KebutuhanHidup | #CharacterBuilding
5. Untuk pangan, sebenarnya beruntung rakyat Indonesia. Bumi nan subur ini sediakan semua. Koes Plus bilang, tongkat dilempar jadi tanaman.
6. Cuma soal papan, cilakak jadi orang Indonesia. Harga apartemen tipe 21 Rp 400-an juta. Kelas penerima UMR Jakarta pun gak sanggup beli
7. Gimana cara atasi papan bagi kalangan bawah? Ini wilayah negara. Pajak dan pemasukan lain, mestinya sebagian digunakan untuk itu
8. Dibanding binatang, ulat bulu pun punya sarang. Keong bawa rumah kemana-mana. Mengapa sebagian manusia justru tak punya tempat tinggal?
9. Jawabnya bukan karena ada manusia bodoh. Tapi rasa serakah, eksploitasi dan kecurangan, itu yg buat sebagian manusia tak punya rumah
10. Ke-2 Kebutuhan Asasi. Kita sebut juga Kebutuhan Sekunder. Tekanannya pada hak. Agar manusia bisa hidup lebih tertata, baik dan sehat
11. Kebutuhan Asasi cuma dua, yakni pendidikan dan kesehatan. Dalam pendidikan, ajari anak sedari dini untuk tak jadi kaya-raya
12. Bekali dengan ilmu untuk mencari nafkah, didik moralnya untuk punya akhlak baik, lalu dalami agama untuk selamatkan dunia akhiratnya
13. Dengan begitu bila jadi pengusaha, jadilah pengusaha yang bisa atasi rasa serakahnya. Kenyangkan perut mudah. Kenyangkan serakah?
14. Ketika jadi pengusaha tak serakah dan tak ingin kaya-raya, kelebihannya itu bisa digunakan untuk bantu kalangan bawah | #KebutuhanHidup
15. Bukan zakat yang 2.5%. Dana ini bagian kecil untuk atasi kemiskinan. Jadi hanya kebijakan yang bisa bantu atasi kesulitan orang bawah
16. Sebesar apapun dana zakat, tanpa kesadaran dan kesungguhan pengelolaan bersama kebijakan negara, jatuhnya cuma kegiatan sosial doang
17. Nah membangun rumah untuk kalangan miskin, ini kegiatan sosial PLUS. Apa plusnya? Kebijakan. Baik dari negara, perusahaan dan masyarakat
18. Sejatinya lah kebijakan negara mestinya ke situ. Untuk itu kita berharap petinggi negeri sungguh-sunggh bekerja untuk rakyat dan bangsa
19. Juga mesti ada kebijakan perusahaan. Meski bagai tegakkan benang basah, tetap kita musti imbau dan ingatkan bahwa perusahaan sanggup
20. Perusahaan bukannya tak mampu, tapi tak mau. Maka jadilah pengusaha yg tak serakah dan tak ingin kaya raya sendirian | #KebutuhanHidup
21. Nikmati atau habiskan keuntungan ratusan miliar, tak bisa sendiri. Harus bersama. Nah ramai-ramainya bangun perumahan untuk org miskin
22. Lihat! Atasi 10 keluarga miskin, itu pekerjaan sosial. Atasi 10.000 keluarga miskin, itu pekerjaan perusahaan | #KebutuhanHidup
23. Namun atasi 10 juta keluarga miskin, itulah tugas kebijakan negara. Tanpa kebijakan negara, mustahil rakyat miskin terentaskan
24. Kini bicara kesehatan. Bagi yg punya duit tinggal hubungi asuransi. Yg tak berduit, nah ini cilakak lain jadi orang miskin di Indonesia
25. Pernah dengar kan ada istilah: “Orang miskin dilarang sakit!”. Mengapa? Jawabnya anda juga sudah tahu. Gak punya uang buat berobat
26. Bagi yg miskin ada tips untuk hindari sakit. Berpuasa. Puasa Senin Kamis, puasa 3 hari tiap bulan di tgl 13, 14 dan 15 kalender Hijriah
27. Lalu belajar arahkan sikap hidup. Antara lain ikhlaskan diri hadapi apapun. Sebab seiring stress melanda, stress itu pemacu penyakit
28. Sabar, mau tak mau mesti punya stok banyak. Hindari marah, bertikai, apalagi baku hantam. Semangat kerja, maka hari-hari semoga positif
29. Berdoa lah. Semoga penyakit cuma “enter the wind”. Apa itu? “Penyakit Masuk Angin”. Penyakit orang bawah ini, obatnya cuma “kerokan”
30. Ke-3 Kebutuhan Kanali atau Kebutuhan Tersier. Di sini kebutuhan juga cuma 2, yakni kebutuhan transportasi dan rekreasi | #KebutuhanHidup
31. Dalam hal transportasi, yang punya uang leluasa beli mobil, motor, atau sepeda. Yg tak punya uang, harusnya tak perlu ngotot adakan itu
32. Tak punya mobil, ada kendaraan umum. Semahal-mahalnya ongkos bus, tetap lebih murah daripada punya mobil sendiri | #KebutuhanHidup
33. Ini juga wilayah negara. Yg di negara maju, transportasi jadi kendaraan massal utama. Hemat enerji dan atasi kemacetan sekaligus
34. Transportasi publik secara psikologis atasi juga perasaan feodal dan selalu ingin dilayani. Dengan antri, itu obat cespleng atasi gengsi
35. Dari sisi kesehatan, transportasi publik juga menyehatkan. Sebab memaksa siapapun untuk berjalan ke sana-sini | #KebutuhanHidup
36. Dalam hal rekreasi, yang punya uang leluasa pula bawa dirinya rekreasi ke belahan dunia lain | #KebutuhanHidup | #CharacterBuilding
37. Bagi yang tak punya uang, bisa pelesir lewat pandangan mata Nat Geo di televisi. Atau dengar-dengar dari cerita orang | #KebutuhanHidup
38. Maka syaratnya seperti tips di atas. Belajar syukuri apa yang ada. Jangan berlebihan untuk ada-adakan yg di luar jangkauan
39. Jika hanya bisa backpacker, ya jangan cari hotel bintang 5. Jangan masuk resto yg mentereng. Nenek-nenek peyot juga tahu lah itu
40. Nah rekreasi yg paling esensial, sesungguh terletak di hati. Dengan syukuri nikmat sehat saja, itu jadi sudah jadi hiburan
41. Jalan pagi sambil lihat-lihat rumah orang yg bagus, itu juga hiburan. Jangan malah jadi stress. Itu tanda ada yg tak beres di hati kita
42. Bagi orang beriman, Shalat Tahajud itu hiburan tiada tara. Di saat hening orang pulas, ada yg mengalir air mata sujud pada Allah
43. Orang kota ke desa, orang desa ke kota. Orang pantai ke gunung, orang gunung ke pantai. Kita ke LN, orang asing ke Indonesia
44. Apa yg dicari? Katanya hiburan. Setelah 3 atau 4 hari, kesenangan sirna juga. Maka sesungguhnya apa yg dicari, hai manusia?
45. Semoga #KebutuhanHidup jadi pengingat. Sampai jumpa esok, riang gembira sambut mentari di penghulu hari | #CharacterBuilding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar