Kamis, 20 April 2017

Dewa eka prayoga

Kang Dewa Eka Prayoga:

Bismillah... Izinkan Saya share bentar ya. 🙏

Kemarin siang Saya main ke Gramedia, karena udah hampir 7 bulan gak jalan-jalan di toko buku nyari inspirasi dan belanja buku baru

Maklum, dulu sebelum sakit, toko buku adalah salah satu tempat yang paling sering Saya kunjungi selain Mesjid dan Bioskop 😂👌

Karena di 3 tempat tsb, Saya biasanya dapat banyak ide dalam menulis sesuatu, entah itu untuk dijadikan bahan buku atau jualan 😁

Tapi pas kemarin Saya main ke Gramed, Saya menemukan banyak sekali perubahan di dunia perbukuan

Setidaknya, ada beberapa poin penting yang Saya catat...

Pertama, Penulis Buku Tak Se-EKSLUSIF dulu.

Kok bisa? Karena hampir semua orang sekarang bisa nulis buku.

Dulu profesi penulis itu seakan "wah" dan KEREN BANGET. Sekarang terkesan biasa aja. Hehehe

Apalagi penulis yang bukunya asal jadi. Yowes, sing penting jadi. Laku? Belum tentu. Laris? Apalagi 🙊

Saya bilang gitu, karena kemarin banyak banget muncul nama-nama baru di rak buku baru toko buku

Salut! 👍🏻👍🏻👍🏻

Tantangannya paling: gimana caranya supaya buku tersebut laku dan best seller, jangan cuma numpang nampang doang di rak buku baru lalu diseret ke gudang lantas diobral 🙈🙈🙈

Poin ke-2 s/d 5 Saya share nanti ya. Mau terapi dulu. Hehe 😁

Lanjut ya..

Kedua, Nerbitin Buku di Penerbit Mayor Tak Sesulit dulu

Kenapa? Karena mereka pun kejar setoran.

Sebagai orang yang bergelut di dunia penerbitan, Saya tahu betul bahwa "nyawa" nya penerbit itu ada di buku baru

Kalau dulu penerbit mayor jual mahal nerima para penulis pemula, sekarang justru kebalik

Apalagi ada deal kontrak dari penerbit ke penulis bahwa penulis di awal membeli bukunya sejumlah sekian eksemplar

Yang kalau dipikir2 secara bisnis, duit itu bisa nambah-nambah biaya produksi buku barunya

Kok kang Dewa tahu? Eh dibilangin bisnis Saya juga penerbitan dan percetakan buku, jelas tahu. Hehe

Jadi, buat kawan2 penulis pemula, jangan takut nawarin naskahnya ke mayor. InsyaAllah lolos kok kalau emang satu visi dengan penerbitannya

Jangan kelihatan butuh juga pas nawarin naskahnya, santai aja, seolah gak butuh.

Bilang aja, "Saya berencana masukkan naskah ini ke penerbit lain jika Anda tak ingin menerbitkannya"

PD aja. Cuek..

Jangan ngemis-ngemis.

Ingat, duit mereka di Anda (penulis)

Ketiga, Harga Buku mulai Mahal-Mahal

Kok mahal? Lagi2, Saya tahu penyebabnya.

Apa itu? Harga kertas naik gila2an.

Dulu buku Saya yang kedua harga cetaknya cuma 8 ribu. Sekarang naik 2x lipat jadi 16 ribu. GENDENG!

Maka wajar, soft cover pun, harganya bisa 70-90ribuan.

Bagi Anda predator buku (nama lain dari kutu buku), jangan heran kalau harga buku mahal2 ya. Kenapa? Harga kertas naik.

Keempat, Jarang ada Buku yang Langgeng Laris, kecuali dipromosikan gila-gilaan oleh penulisnya.

Disini tugas Anda bukan cuma nulis, tapi juga JUALAN.

Terserah sih kalaupun gak jualan, paling bukunya gak ada yang baca. Naas... 😑

Miskonsepsi terbesar penulis adalah ketika diterbitkan oleh penerbit mayor mereka akan langsung mempromosikan buku Anda gila2an. Sayang, itu salah besar.

Maka, prromosikan buku milik Anda sendiri. Jangan ngandelin penerbit

Kecuali siap kecewa 😁

Kelima, Perputaran Buku Baru begitu Cepat.

Artinya, kalau Anda nerbitin bulan ini, paling nasib buku Anda cuma beberapa hari aja di rak buku baru.

Setelah itu, dipindah ke rak buku sesuai tema.

Lalu ditunggu beberapa bulan. Kalau gak laku, minggir. Dibawa ke gudang, nunggu waktu diobral murah.

Kalau udah diobral masih gak laku juga, paling2 dibakar.

Nyesek ya? 😐

Tapi ya itulah dunia penerbitan dan perbukuan... Fakta dan realita. Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar