Aku selalu mengingat tiap detil yang telah kita lakukan. How you touched me, and every inch of your body.
Gosh... I missed you so much !
Hampir setiap hari, aku mencoba menulis tentang kamu.
Membayangkan kau ada bersamaku, dan aku bisa mendengar segala ceritamu.
Begitupun aku yg berbagi cerita padamu.
Rasanya ingin aku bisa berbagi hingga hal terkecil, tapi aku kemudian sadar that you hv a real life outthere. Not in here with me.
Begitulah kehidupan yang sudah terlalui. Di setiap realitas, ada hal yang bisa diterima atau tidak.
Mempunyai kesadaran seperti itu tidaklah mudah, karena butuh latihan dan pembelajaran tiada henti.
Aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa aku mengharap lebih dari yang ada. Sesadar diriku bahwa jika hal itu tak tercapai, aku akan terluka.
Apapun yang diberi Allah selalu dibutuhkan persiapan dalam menerimanya.
Dulu, aku menganggap poligami hanyalah sesuatu yang hanya berakhir dengan menyakiti hati yang di duakan.
Semua selalu berkata bahwa hati itu tak bisa dibagi, bahwa cinta itu tak bisa dibagi.
Lalu aku mendapatkan kenyataan, seorang ibu bisa membagi cinta kasihnya kepada berapapun anaknya. kita juga bisa menyanyangi hewan dsb.
Semua bisa dilakukan selama ada ketulusan.
Itu saja.
aku sudah melihat bagaimana seorang anggota keluarga aku berpoligami, dan istri keduanya baru diketahui ketika beliau wafat dirumah perempuan itu.
Perempuan itu mengantar ke istri pertamanya. Dan terjadilah kehebohan.
Ayahku mengenal perempuan itu karena dulu adalah pegawainya. Dan perempuan itu memilih invisible karena tujuan 'keluarga'ku menikahinya murni untuk menolong dia.
Menjadi istri kedua membutuhkan double dalam segalanya. Keikhlasan, kebesaran hati juga. Dan jika itu tak dia miliki, yang terjadi hanyalah seperti memelihara api dalam sekam.
Aku menahan diri untuk tak banyak bertanya hal pribadi padamu. Bukan karena aku tak peduli, tapi aku berusaha untuk tahu diri akan siapa aku ini.
Aku menahan diri untuk tidak chat atau telphone padamu, sebesar apapun rinduku padamu.
Aku belajar dan terus belajar, walau hatiku berdarah-darah...
Aku terus mengingat bagaimana kamu memandangku, bagaimana kamu perlakukan aku... Yah, semua lekat di hatiku. Saat kau 'nilai' aku begini atau begitu. Layaknya hitung-hitungan untung dan rugi.
Mungkin bagimu , begitulah aku.
Tapi tidak bagiku. Sekali aku tautkan hatiku, aku tak lagi mampu melihat keburukan atau kekuranganmu. Bagiku kamu adalah sempurna.
Tak ada kata lain.
Aku telah alami penilaian itu dulu. Lelaki bernama P itu tau bagaimana aku.
Dia tidak menyangka sampai hal terkecil tentang dirinya aku perhatikan.
Tanpa dia minta, aku belikan segala kebutuhannya, dari baju dalamnya hingga makanan kesukaannya.
Ada saat ketika dia kehilangan pasiennya, aku cuma diam mengelus punggungnya. Melepas bajunya,sepatunya dan membersihkannya. Lalu aku biarkan dia terbaring dipangkuanku tanpa bicara hingga dia siap sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar