1. Pandangan modal sedikit untung sebesar-besarnya merasuk ke benak. Andai pelaku punya integritas, bisnisnya punya manfaat besar
2. Ini orang jujur, tajam lihat peluang, serta mampu wujudkan dalam bisnis. Banyak orang bisa terinspirasi | #HatiHatiMentalPovertyPreneur
3. Sebaliknya pandangan di atas bisa kontraproduktif. Di tangan yang tak berintegritas, siasahnya jadi licik dan rugikan banyak pihak
4. Ada juga yang terjemahkan modal sendiri sedikit, yang banyak utangnya. Kalkulasi utang pas, selamat. Kalkulasi keliru, buntung
5. Ada pandangan lain lagi. Tak utang, cermin tak dipercaya. Tak bisa utang, cermin dirinya bukan siapa-siapa karena tak punya relasi hebat
6. Pandangan ini menyesatkan. Tapi tidak bagi sebagian orang. Pikirnya: “Tak bisa utang, betul juga, dirinya akan tersisih/terkucil”
7. Untuk buktikan bahwa dirinya dipercaya, punya relasi kuat, dia harus buktikan bisa utang. Dia tak mau terkucil dalam pergaulan dunia
8. Maka walau jabatan cuma 5 tahun, mengapa pemegang kuasa berani bebani negara utang 30 tahun? Dia yakin pengganti akan teruskan kebijakan
9. Tiap 5 tahun terjadi pergantian pemimpin. Tetapi sebagai negara, bangsa ini harus tetap berjalan, melewati usia pemegang kebijakan
10. Katakan usia Indonesia 100 tahun. Hanya dengan 3 pemegang kuasa, beban utang harus dilunasi 190 tahun. Jika 6 periode? #GagalPaham
11. Pemimpin boleh pensiun. Tapi apa yang ditinggalkan, itu yang tak pernah pensiun. Salah kebijakan, perjalanan bangsa bisa tercabik-cabik
12. Belakangan fenomena politik kita makin mendebarkan. Ganti partai ganti pemimpin. Selera setiap partai beda. Nah ini soal besar negeri
13. Kebijakan dan gaya jelas beda. Kebijakan = prinsip. Gaya = selera. Prinsip mesti dipegang teguh. Gaya, masing-masing ingin pertahankan
14. Gaya cuma bunga-bunga hidup. Yang kalo bisa tiap hari bisa tampil beda. Sedang prinsip, mesti dibela mati-matian agar tak berubah
15. Beda selera di meja makan tak soal. Malah bisa saling cicipi. Tapi pemimpin turuti seleranya saat susun kabinet, bangsa jadi taruhan
16. Siapa bisa jamin pemimpin pengganti dari partai A, bakal teruskan kebijakan pemimpin dari partai B? #HatiHatiMentalPovertyPreneur
17. Meski kebijakan sebelumnya sejahterakan, tak otomatis bisa lanjut. Pengganti dari partai lain, harus lebih patuh kehendak partainya
18. Ini dilema. Dewasakah partai? Politisi kutu loncat, dianggap jamak. Pindah partai, malah dielu-elukan partai penerima. Kita semua sakit
19. Dengan berbagai manuver demikian, bisakah politisi dan partainya usung Indonesia untuk Indonesia yang lebih baik? #CharacterBuilding
20. Kata-kata sih selalu heroik: “Bangun negeri”. Tapi coba jujur: “Bangun partai atau bangun negeri”? Sebab partainya yang kini makin megah
21. Dulu awali partai sekadar rumah tumpangan atau sewa ruko pinggir jalan. Sekarang gedung-gedungnya mentereng menjulang mencakar langit
22. Salahkah? Harusnya tidak. Cuma mengapa Indonesia koq makin tak jelas ke depannya. Jujurlah: “”Untuk negeri atau atas nama negeri?”
23. Apa beda polisiti dan negarawan? Politisi harus punya partai. Sedang negarawan tanpa partai pun tetap berkhidmat bagi bangsa
24. Sudah sejak mulai Orba negeri ini biasakan diri utang. Dari sekadar cuma jutaan dollar, kini sudah membumbung ribuan triliun rupiah
25. Utang punya rumus sendiri. Saat awal utang, kita masih kontrol. Saat besar, mulai akrobatik. Saat meraksasa, kita jadi budak
26. Saat awal, kita bisa lunasi. Saat membesar, kita bersiasah. Saat meraksasa, utang lahirkan utang baru. Kita dipasung dijerat dan dibunuh
27. Hingga utang ribuan triliun, apakah rakyat Indonesia beranjak dari kemiskinan? Apakah pemerintah Indonesia bisa sejahterakan rakyatnya?
28. Jangan terus retorika, utang itu jamaknya bangun negeri. Ingat: “Pemegang kuasa pasti pensiun. Tapi masalah tak kunjung selesai”
29. Lebih baik tak wariskan apa-apa ketimbang wariskan utang pada anak cucu. Utang itu masalah. Utang lahirkan utang baru | #StopUtang!
30. Jika bapaknya gagal mandiri, bgmn caranya anak cucu bisa bebas dari warisan utang ribuan triliun? Yg ada adalah warisan #PovertyPreneur
31. Di antara kita, banyak yang sekolah ke LN. Sebagian pun ada pegang jabatan penting. Ini kesempatan berbuat hebat untuk ibu pertiwi
32. Cuma jika tetap bermental #PovertyPreneur, minimal ada 2 kerugian: Ke-1 alangkah sia-sia hidup anda. Ke-2 alangkah malangnya negeri kita
33. Renungkan: Anda sisihkan putra terbaik yg lain utk bisa sekolah di LN. Anda sisihkan putra terbaik bangsa untuk duduk jadi pejabat
34. Hanya nasib yang antar anda jadi orang penting. Tapi bicara peran, tanpa jabatan pun ada orang yang tetap bisa berkhidmat demi bangsa
35. Maka hilangkan mental #PovertyPreneur. Jika tidak, masyaa Allah, apalagi yang harus dikatakan. Tak cukup untuk kisahkan kepiluan negeri
36. Apa yg harus kita tuturkan pada anak cucu? Kita wariskan masalah besar pada anak cucu sendiri | #HatiHatiMentalPovertyPreneur
37. Anak Malaysia/Singapura, songsong masa depan suka cita. Anak kita tatap masa depan dgn apa? Mungkin ibunya TKW, kerja di anak-anak jiran
38. Kita sudah lepas dari penjajahan asing. Tapi jangan-jangan sikap kita telah jerumuskan negeri ini dalam perangkap penjajahan gaya baru
39. Astagfirullah. Ayo bangun, banguuun. Jika tak bisa berbuat bagi orang lain, jangan jadikan diri ini beban. Cegah diri tak jadi benalu
40. Semoga kepiluan berhenti di sini. Sampai jumpa esok hari, tanpa kepiluan yang lain lagi, insya Allah | #HatiHatiMentalPovertyPreneur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar