Rabu, 24 September 2014

Hati-hati mental Poverty Preneur. >> Erie Sudewo


1. Pandangan modal sedikit untung sebesar-besarnya merasuk ke benak. Andai pelaku punya integritas, bisnisnya punya manfaat besar

2. Ini orang jujur, tajam lihat peluang, serta mampu wujudkan dalam bisnis. Banyak orang bisa terinspirasi | #HatiHatiMentalPovertyPreneur

3. Sebaliknya pandangan di atas bisa kontraproduktif. Di tangan yang tak berintegritas, siasahnya jadi licik dan rugikan banyak pihak

4. Ada juga yang terjemahkan modal sendiri sedikit, yang banyak utangnya. Kalkulasi utang pas, selamat. Kalkulasi keliru, buntung

5. Ada pandangan lain lagi. Tak utang, cermin tak dipercaya. Tak bisa utang, cermin dirinya bukan siapa-siapa karena tak punya relasi hebat

6. Pandangan ini menyesatkan. Tapi tidak bagi sebagian orang. Pikirnya: “Tak bisa utang, betul juga, dirinya akan tersisih/terkucil”

7. Untuk buktikan bahwa dirinya dipercaya, punya relasi kuat, dia harus buktikan bisa utang. Dia tak mau terkucil dalam pergaulan dunia

8. Maka walau jabatan cuma 5 tahun, mengapa pemegang kuasa berani bebani negara utang 30 tahun? Dia yakin pengganti akan teruskan kebijakan

9. Tiap 5 tahun terjadi pergantian pemimpin. Tetapi sebagai negara, bangsa ini harus tetap berjalan, melewati usia pemegang kebijakan

10. Katakan usia Indonesia 100 tahun. Hanya dengan 3 pemegang kuasa, beban utang harus dilunasi 190 tahun. Jika 6 periode? #GagalPaham

11. Pemimpin boleh pensiun. Tapi apa yang ditinggalkan, itu yang tak pernah pensiun. Salah kebijakan, perjalanan bangsa bisa tercabik-cabik

12. Belakangan fenomena politik kita makin mendebarkan. Ganti partai ganti pemimpin. Selera setiap partai beda. Nah ini soal besar negeri

13. Kebijakan dan gaya jelas beda. Kebijakan = prinsip. Gaya = selera. Prinsip mesti dipegang teguh. Gaya, masing-masing ingin pertahankan

14. Gaya cuma bunga-bunga hidup. Yang kalo bisa tiap hari bisa tampil beda. Sedang prinsip, mesti dibela mati-matian agar tak berubah

15. Beda selera di meja makan tak soal. Malah bisa saling cicipi. Tapi pemimpin turuti seleranya saat susun kabinet, bangsa jadi taruhan

16. Siapa bisa jamin pemimpin pengganti dari partai A, bakal teruskan kebijakan pemimpin dari partai B? #HatiHatiMentalPovertyPreneur

17. Meski kebijakan sebelumnya sejahterakan, tak otomatis bisa lanjut. Pengganti dari partai lain, harus lebih patuh kehendak partainya

18. Ini dilema. Dewasakah partai? Politisi kutu loncat, dianggap jamak. Pindah partai, malah dielu-elukan partai penerima. Kita semua sakit

19. Dengan berbagai manuver demikian, bisakah politisi dan partainya usung Indonesia untuk Indonesia yang lebih baik? #CharacterBuilding

20. Kata-kata sih selalu heroik: “Bangun negeri”. Tapi coba jujur: “Bangun partai atau bangun negeri”? Sebab partainya yang kini makin megah

21. Dulu awali partai sekadar rumah tumpangan atau sewa ruko pinggir jalan. Sekarang gedung-gedungnya mentereng menjulang mencakar langit

22. Salahkah? Harusnya tidak. Cuma mengapa Indonesia koq makin tak jelas ke depannya. Jujurlah: “”Untuk negeri atau atas nama negeri?”

23. Apa beda polisiti dan negarawan? Politisi harus punya partai. Sedang negarawan tanpa partai pun tetap berkhidmat bagi bangsa

24. Sudah sejak mulai Orba negeri ini biasakan diri utang. Dari sekadar cuma jutaan dollar, kini sudah membumbung ribuan triliun rupiah

25. Utang punya rumus sendiri. Saat awal utang, kita masih kontrol. Saat besar, mulai akrobatik. Saat meraksasa, kita jadi budak

26. Saat awal, kita bisa lunasi. Saat membesar, kita bersiasah. Saat meraksasa, utang lahirkan utang baru. Kita dipasung dijerat dan dibunuh

27. Hingga utang ribuan triliun, apakah rakyat Indonesia beranjak dari kemiskinan? Apakah pemerintah Indonesia bisa sejahterakan rakyatnya?

28. Jangan terus retorika, utang itu jamaknya bangun negeri. Ingat: “Pemegang kuasa pasti pensiun. Tapi masalah tak kunjung selesai”

29. Lebih baik tak wariskan apa-apa ketimbang wariskan utang pada anak cucu. Utang itu masalah. Utang lahirkan utang baru | #StopUtang!

30. Jika bapaknya gagal mandiri, bgmn caranya anak cucu bisa bebas dari warisan utang ribuan triliun? Yg ada adalah warisan #PovertyPreneur

31. Di antara kita, banyak yang sekolah ke LN. Sebagian pun ada pegang jabatan penting. Ini kesempatan berbuat hebat untuk ibu pertiwi

32. Cuma jika tetap bermental #PovertyPreneur, minimal ada 2 kerugian: Ke-1 alangkah sia-sia hidup anda. Ke-2 alangkah malangnya negeri kita

33. Renungkan: Anda sisihkan putra terbaik yg lain utk bisa sekolah di LN. Anda sisihkan putra terbaik bangsa untuk duduk jadi pejabat

34. Hanya nasib yang antar anda jadi orang penting. Tapi bicara peran, tanpa jabatan pun ada orang yang tetap bisa berkhidmat demi bangsa

35. Maka hilangkan mental #PovertyPreneur. Jika tidak, masyaa Allah, apalagi yang harus dikatakan. Tak cukup untuk kisahkan kepiluan negeri

36. Apa yg harus kita tuturkan pada anak cucu? Kita wariskan masalah besar pada anak cucu sendiri | #HatiHatiMentalPovertyPreneur

37. Anak Malaysia/Singapura, songsong masa depan suka cita. Anak kita tatap masa depan dgn apa? Mungkin ibunya TKW, kerja di anak-anak jiran

38. Kita sudah lepas dari penjajahan asing. Tapi jangan-jangan sikap kita telah jerumuskan negeri ini dalam perangkap penjajahan gaya baru

39. Astagfirullah. Ayo bangun, banguuun. Jika tak bisa berbuat bagi orang lain, jangan jadikan diri ini beban. Cegah diri tak jadi benalu

40. Semoga kepiluan berhenti di sini. Sampai jumpa esok hari, tanpa kepiluan yang lain lagi, insya Allah | #HatiHatiMentalPovertyPreneur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar