Minggu, 21 September 2014

Geliat Poverty Preneur


1. Satu ciri penting #PovertyPreneur, abai kualitas. Yang penting laku. Barang buruk atau masalah di pembeli, maqomnya tak sampai

2. Bagi yg tak sadar, dia sendiri konsumsi jualannya. Bagi yg tahu barangnya buruk, harapannya tak fatal bagi pembeli #GeliatPovertyPreneur

3. #GeliatPovertyPreneur pun merasuk ke mana saja. Serba-serbinya tampak pula dimana-mana. Di sarana fasum fasos, weleh, pokoknya merata

4. Di pasar tradisional, perilaku PovertyPreneur tampak dari kumuhnya, asal tata, becek dan bau. Apalagi los ikan, amisnya total menebar

5. Sampah pedagang dan pembeli berserak dimanapun. Juga menggunung di pinggir pasar. Jika hujan, anda pasti mengalami #PasarBecek

6. #PovertyPreneur memang hanya sekadar penuhi kebutuhan. Kualitas barang nomor 2. Tak peduli bahan pun afkir-an. Yang penting murah

7. Tak ada layanan, how to package/kemasan. Itu terlalu mahal. Sayur pun ada yang tak dicuci. Langsung dirajang dan masuk ke air panas

8. Higienitas jangan tanya. Wong pewarna tekstil saja dipakai untuk merahnya gula cincau dan jajanan anak sekolahan #GeliatPovertyPreneur

9. Mengapa itu terjadi? Ke-1 #PovertyPreneur identik rakyat bawah. Entah #PovertyPreneur buat miskin atau miskin buat jadi #PovertyPreneur

10. Bagi rakyat bawah boro-boro pikir kualitas. Cari makan untuk bertahan hidup saja susah. Jadi tak terpikir kualitas, gizi dan kesehatan

11. Ke-2 entah apakah pemerintah perhatikan hal ini. Di negeri jiran, ada kecoa apalagi tikus, meski seekor, alamat usaha kuliner ditutup

12. Jika terbukti bahayakan kesehatan, kena denda, sanksi bahkan bisa kurungan. Pemerintah jiran serius soal kepentingan publik

13. Ke-3 masyarakat sendiri, ya sebagian abai juga. Kita pun tumpah ruah, asyik serbu bubur ayam, soto, pecel di pinggir-pinggir jalan

14. Jajanan #Povertypreneur, rata-rata rasanya tak jelas. Agar terasa gurih, ada kiatnya. Apa itu? Taburi lebih dari cukup bumbu penyedap

15. Hygieniskah? Mereka tak peduli. Ingat. Mereka sekadar jualan agar bisa hidup. Nah kalau kita serbu, yang keliru kita atau mereka?

16. Gorengan itu sehatkah? Coba perhatikan. Minyaknya sudah menghitam. Agar renyah dan tetap kering, katanya campuri plastik

17. Daging yg sudah biru, diwarnai dgn kunyit dan pewarna. Biar tampak sehat, segar dan menarik. Harga pasti miring #GeliatPovertyPreneur

18. Produk kaduluwarsa, masih dijual tanpa rasa bersalah. Yang tak tahu, ringan-ringan saja jualnya. Maka kaget ketika diberitahu

19. Yang tahu tanggal kaduluwarsa dihapus. Ketika ditanya, jawabnya pasti dicari-cari. Pura-pura tak tahu. Atau malah tersulut marahnya

20. Pisang masih muda, bertruk-truk tiap hari dipasok ke pasar induk. Sampai di juragan, pisang muda itu pun dikarbit #GeliatPovertyPreneur

21. Durian/semangka tak beda. Disuntik pemanis, bukan lagi isapan jempol. #GeliatPovertyPreneur terus bersiasah berkembang biak

22. Dulu tukang puntung rokok berkeliaran. Sekarang berganti jadi pemulung plastik dan barang apapun asal bisa dijual #GeliatPovertyPreneur

23. #PovertyPreneur yang positif, ubah sampah plastik jadi tas. Ibu-ibu PKK beli dan terkagum. Sampai di rumah, tetap teronggok tak terpakai

24. Dulu kertas bekas, dijadikan bungkus apapun. Termasuk pembungkus makanan siap makan. #PovertyPreneur kembali tak peduli kesehatan

25. Toilet dan WC? Awal masuk musti tahan napas. Beberapa saat di dalam baru lega. Sebab sudah adaptasi baunya #GeliatPovertyPreneur

26. Toilet dan WC bandara Soetta, di dalam bagian penumpang, apakah beda dengan yang di luar untuk pengunjung, Beti-lah (beda tipis)

27. Pekerja cleaning service banyak yang frustasi. Sebab kita terbiasa “usai buang segera pamit”. Menyiram hajatnya dengan air saja ogah

28. Itulah tradisi masyarakat tak disiplin. Dalam urusan toilet dan WC, gemar “membuang tanpa membersihkan” | #GeliatPovertyPreneur

29. Bbrapa tahun silam toilet WC di Departemen Pariwisata, mohon maaf tersebut nama, pun jorok. Itu pariwisata negara. Lha bgmana yg bukan?

30. Anda tahu raja toilet dan WC? Katanya bermula dari penjaga toilet. Naluri bisnis antar dia jadi kaya raya dan terpandang di kampungnya

31. Bandingkan. Parkir mobil termurah Rp 3000/jam. Buang air kecil yang cuma beberapa menit, Rp 2000, BAB Rp 3000 sekali pakai

32. Tiap mobil butuh ukuran mungkin 2.5 m X 4 m. Dengan ukuran itu bisa ditempatkan 8 toilet untuk lelaki. Sekedar kalkulasi saja

33. Ukuran itu tampung 1 mobil Rp 3.000/jam. Toilet tampung sedikitnya 5 orang per jam. Maka utk 1 jam, toilet bisa raup Rp 10.000.

34. Maka lap dan karbol utk toilet dan WC, jadi bisnis besar. Bukan cuma di pasar. Merebak ke terminal dan peristirahatan seluruh jalan tol

35. Ban-ban bekas merata di seluruh jalan di Indonesia. Sudah tahu nyawa jadi taruhan, tetap saja laku. Hukum demand dan supply berlaku

36. Tambal ban juga fenomena #GeliatPovertyPreneur. Di Jakarta, bahkan ada yang tebar paku. Mengapa? Agar usaha tambalnya laku

37. Jadi ada hubungan kuat antara penebar paku dan penambal ban. Lha praktek ini pun ada dekat Istana Negara Jakarta #GeliatPovertyPreneur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar