1. Dalam atasi kemiskinan, soliditas masyarakat harus diramu. Siapa yang meramu? Lembaga berintegritas dan kredibel, punya prinsip dan visi
2. Masyarakat itu kerumunan. Harus diubah jadi barisan. Dengan jadi barisan, itulah kekuatan. Bisa diarahkan untuk banyak hal positif
3. Sejak tahun 90-an muncul berbagai lembaga kemanusiaan lokal. Dengan segala kesulitannya, sebagian kini telah eksis dipercaya masyarakat
4. Sebelum ini kepedulian masyarakat dianggap lemah. Kini tampak kekuatan masyarakat sesungguhnya. Lembaga yang didukung, jadi makin kuat
5. Lembaga kemanusiaan yang lahir dari rahim masyaakat ini, sejatinya merupakan lembaga nirlaba. Ruh-nya berbeda dengan perusahaan
6. Tujuan perusahaan cari profit. Tujuan nirlaba itu benefit. Maka hidup perusahaan dari laba. Hidup #LembagaNirlaba dari donasi
7. Produk perusahaan adalah barang/jasa. Produk #LembagaNirlaba itu program/nilai kehidupan | #CharacterBuilding
8. Karena produk perusahaan, barang/jasa dan uang, maka perusahaan harus kontrol ketat seluruh cabang dan anak perusahaan | #LembagaNirlaba
9. Saat check stock berlaku hukum: “Ada barang, tak ada uang. Ada uang, tak ada barang”. Sederhana tapi jitu dalam mengontrol
10. Produk #LembagaNirlaba itu nilai. Nilai tak bisa dikontrol. Nekad kontrol, bisa-bisa nilai malah mati | #CharacterBuilding
11. Ternyata tak sedikit yang coba-coba lakukan kontrol dari atas. Mereka anggap semua lembaga itu sama jenis, watak dan cara menej-nya
12. Mereka tak mau tahu bahwa 'jenis kelamin' lembaga sosial bersifat nirlaba. Punya hukum sendiri. Amat bertolak belakang dengan perusahaan
13. Karena tak mau tahu, nilai pun redup. Terjadi demotivasi bahkan frustasi. Yg undur diri banyak. Yg bertahan “hidup segan mati tak mau”
14. Nilai harus ditumbuhkan agar subur. Caranya beri keleluasaan untuk berkembang. Jangan semua hrs seizin pusat | #LembagaNirlaba
15. Nasihat bagi pusat. Anda memang punya kuasa, wewenang dan kebijakan. Tapi tak otomatis karenanya anda jadi benar, adil dan produktif
16. Anda korslet, ada masalah keluarga, atau tersinggung, maka hasil “kepusatan” jadi kebijakan yang jadi bencana bagi banyak pihak
17. Jangan karena di pusat, anda seolah jadi penentu “nasib orang”. Jangan merasa ada tidaknya lembaga/karyawan, karena keputusan anda
18. Ingat rezeki dan kebenaran itu mutlak milik Tuhan. Pendahulu, pelopor, pembuat lembaga atau duduk di pusat, itu hanya sebab
19. Tanpa boss/pelopor, pasti ada sebab lain. Hati-hati. Saat merasa jadi boss/pusat, bisa-bisa anda sudah jadi 'Tuhan' | #LembagaNirlaba
20. Tanpa boss/pelopor, pasti ada sebab2 yg lain. Hati-hati dengan merasa berjasa | #LembagaNirlaba | #CharacterBuilding
21. Bagi pengikut atau jejaring, yang perlu ditakuti hanya Tuhan. Jika dimutasi, lihat banyak yang hidup tidak di lingkup boss anda, kan!
22. Bagi anak buah, jangan takut berinisiatif. Nih kiatnya: “Lebih baik minta maaf ketimbang minta izin”. Silakan coba | #LembagaNirlaba
23. Dipecat boss, lha bumi Allah itu luas. Rezeki dimanapun. Semut, ulat bulu, dan kutu pun sudah dijamin rezekinya | #LembagaNirlaba
24. Naaah jika hilang iman, itu baru kiamat. Sekaya apapun, tanpa iman hidup jadi sia-sia. Bedakan boss, antara hilang harta dan hilang iman
25. Dalam hal nilai, lembaga induk bukan penguasa. Kebenaran mutlak milik Tuhan. Jadi setinggi apapun jabatan, kebenaran harus tetap dicari
26. Tegasnya kebenaran itu bukan milik boss atau direktur. Di manapun nilai harus ditegakkan. Jangan sampai Tuan jadi 'Tuhan'
27. Setinggi apapun jabatan, saat cari kebenaran tak berarti boss lebih baik dibanding OB sekalipun | #LembagaNirlaba #CharacterBuilding
28. Maka dalam hal kebenaran, kan sudah sering dengar kata-kata bijak ini: “Jangan dengar siapa yg bicara. Tapi dengarlah apa yg dikatakan”
29. Perusahaan itu macam-macam dan bergerak di banyak hal. Kiprah #LembagaNirlaba juga macam-macam. Cuma jenis #LembagaNirlaba sedikit
30. Contoh nirlaba: Lembaga sosial, NGO dan lembaga zakat. Keluarga juga lembaga nirlaba. Pemerintah itu lembaga nirlaba. Cuma raksasa
31. Ciri-cirinya seperti disinggung di atas: hidup lembaga sosial dari donatur. Hidup pemerintah dari pajak. Donatur juga kan?
32. Maka keluarga = negara. Anak itu adalah rakyat. Kelola rakyat = kelola anak. Tak boleh ada pilih kasih. Mesti adil, maruf, dan benar
33. Saat pilih kasih, tak adil terjadi. Hasilnya: “Ada yang makmur, dan di saat sama ada yang miskin”. Lanjut esok 18 Sept’14. Insyaa Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar