Sabtu, 27 September 2014

Kisruh Tata Kota >> Erie Sudewo


1. Tgl 26 Sept '14 nyaris saya tak kebagian bermalam di Hotel Garuda Jogja. Naga-naganya kini butuh seminggu atau 2 minggu pesan kamar hotel

2. Kebutuhan hotel di Indonesia fantastik. Penduduk 240 juta. Yang berpergian ½ prosen saja, ada 1,7 juta orang yang butuh penginapan

3. Jika satu hotel tampung 1000 org, dibutuhkan 170 ribu hotel. Bila per hotel tampung 500 org, butuh 340 ribu hotel. Fantastik!

4. Misal saja 1000 kota di Indonesia perlu hunian hotel. Maka 340.000 : 1.000 = dibutuhkan 340/kota | #KisruhTataKota | #CharacterBuilding

5. Sebagai salah satu dari 10 kota terbesar di dunia, apakah Jakarta sudah punya 340 hotel? Jika belum, kota lain pasti lebih kelabakan lagi

6. Ini baru bicara kebutuhan orang lokal. Belum kata kunjungan wisatawan asing. Ini namanya berkah nan meruah-ruah. Di depan mata lagi

7. Cuma peluang dan ancaman itu dua sisi mata pedang. Saat bijak, berkah hasilnya. Ketika serakah, tuai bencana | #KisruhTataKota

8. Bicara potensi, apa yang tak dimiliki Indonesia? Meruah-ruah bangeeet. Tapi ruahan minyak pun, belum bisa angkat kesejahteraan bangsa

9. Jogja kini gempita bangun hotel. Kapan terakhir anda ke Jogja? Jangan kaget. Hotel-hotel megah berdiri, yang tak anda lihat 3 bulan lalu

10. Sayangnya hotel berdiri di manapun. Seolah tata kota dirancang di atas kertas. Prakteknya? Ilmu dan praktek, asa dan realitas, tak klop

11. Padahal di Indonesia, adakah perguruan tinggi yang melebihi banyaknya di Jogja? Juluki diri “kota pendidikan”, tak main-main lho Mas!

12. Namun mengapa para profesor, doktor, sarjana dan para ahli di Jogja diam membisu? | #KisruhTataKota | #CharacterBuilding

13. Andai hotel-hotel hanya diizinkan dibangun di pinggiran Jogja, di lahan yang tak produktif, indahnya keunikan Jogja tetap lestari

14. Gowesan ribuan sepeda simpang siur, home industry batik, perak, handy craft, jajanan kuliner dan becak, itu eksotis khas Jogja

15. Wisatawan yang tinggal di pinggiran, masuk kota dengan bus, mobil wisata terbuka, pedati, becak, sepeda dan apapun yg disediakan khusus

16. Bukan hanya kota lestari dan tetap elok, melainkan wisatawan lokal dan mancanegara bisa hidupkan Jogja lebih merata | #KisruhTataKota

17. Jika ini tak diperhatikan, perlahan tapi pasti keeksotisan Jogja terus tergadai. Sapaan Jogja yang asri, tergantikan senyum komersial

18. Kota Semarang tak beda. Bangunan bersejarah, saksi bisu pada masanya, kini sudah beralih wujud. Seolah masa lalu musti ditutup

19. Simpang 5 yang di zamannya pasti menawan, kini? Yang tersisa tinggal Lawang Sewu. Di kiri kanan berdiri bangunan baru, hotel dan mall

20. Bangunan baru yang dibangun tanpa sentuhan kontur dan letak lokasi.  Rata-rata bangunan seragam. Serba minimalis, serba kotak dan kaku

21. Tak ada perbedaan gaya. Bangunan di sudut = di tengah. Di simpang = di jalan buntu. Di kelokan juga tak beda dengan di tepi jalan lurus

22. Sekolah arsitek yang kreatif, takluk dalam pesanan kodian. Maestro arsitektur tak lagi terdengar. Yang tersisa tinggal tukang gambar

23. Kota Malang = Bandung. Sama-sama dingin. Kesamaan ini berlanjut. Sama remuk tata kotanya. Rencana tata ruang mustahil tak ada. Tapi

24. Kesamaan lain, Malang punya sejumlah kampus beken. Apa Bandung tak punya? Bahkan ITB itu, setidaknya pernah menggetarkan Malaysia

25. Kesamaan lain, para dosen profesional, guru besar dan ahli, sama tak bersuara. Tak terdengar protes, keluarkan petisi, apalagi demo

26. Seolah keputusan kepala daerah adalah suara Tuhan. Hingga tata ruang yang tak punya aturan ini melenggang tanpa gugatan sedikitpun

27. Atau, nah ini yang tidak kita harapkan. Jangan-jangan, para pakar planologi jadi staf ahli/konsultan yang diminta oleh kepala daerah

28. Jalan layang yang menghubungkan Pasteur Gedung Sate Bandung luar biasa. Apanya? Kacaunya. Keindahan Bandung terkoyak | #KisruhTataKota

29. RS Hasan Sadikin yang begitu indah, kontan berantakan ketika jalan layang itu menyodet tepat di atasnya | #KisruhTataKota

30. Gedung Sate yang jadi ikon Bandung, tahun 2015 insyaa Allah ternodai. Apa pasal? Di depannya tengah dibangun kondominium dan mall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar